Fitriya, fitriya.2301216@students.um.ac.id
Pemikiran yang menempatkan perempuan pada urutan terakhir, dan di bawah laki-laki, masih membayangi kehidupan banyak perempuan. Stigma ini, peninggalan budaya patriarki, bukan sekedar pandangan kuno, namun memiliki dampak nyata dan merugikan dalam berbagai aspek kehidupan perempuan.
Pendidikan dan Peluang Terbatas:
Dampak pertama adalah terganggunya akses pendidikan dan peluang perempuan. Stigma ini mendorong anggapan bahwa pendidikan tinggi atau bidang tertentu tidak diperlukan perempuan. Akibatnya, anak perempuan didorong ke ranah domestik dan dibatasi aksesnya ke pendidikan yang dapat membuka jalan karir cemerlang. Ini menciptakan tidak setaraan dalam pendidikan dan membatasi potensi perempuan untuk berkarya secara optimal.
Diskriminasi di Dunia Kerja:
Stigma strata kedua berlanjut ke dunia kerja. Perempuan kerap dianggap kurang kompeten dan dibayar lebih rendah dibanding laki-laki untuk pekerjaan setara. Peluang promosi dan kepemimpinan pun cenderung lebih sulit diraih perempuan. Hal ini berdampak pada ketidakadilan ekonomi dan hilangnya potensi kontribusi perempuan di sektor profesional.
Kekerasan dan Ketidakadilan:
Pandangan perempuan sebagai subordinat dapat memicu kekerasan fisik dan psikis. Stigma ini membenarkan kontrol berlebihan terhadap perempuan, meminggirkan suara mereka, dan melegitimasi kekerasan dalam rumah tangga. Akibatnya, perempuan rentan menjadi korban kekerasan dan eksploitasi.
Dampak Psikologis dan Sosial:
Pemikiran ini berdampak negatif pada kesehatan mental dan harga diri perempuan. Dianggap tidak mampu dan selalu berada di bawah bayang-bayang laki-laki dapat memicu perasaan rendah diri, depresi, dan kecemasan. Stigma ini juga melemahkan solidaritas perempuan dan menghambat terbentuknya masyarakat yang adil dan setara.
Melangkah ke Masa Depan yang Setara:
Membasmi pemikiran perempuan strata kedua membutuhkan usaha kolektif. Pendidikan tentang kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan keahlian, serta kebijakan yang mendukung kesetaraan di ranah publik dan privat menjadi langkah penting. Dengan demikian, perempuan dan laki-laki dapat bersama-sama membangun masa depan yang lebih adil dan sejahtera.