HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT BERMAIN BULUTANGKIS

Bulu tangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Alat utama yang digunakan dalam permainan bulu tangkis adalah raket dan shuttlecock (kok). Tujuan permainan ini adalah menjatuhkan shuttlecock di daerah lapangan lawan dengan melewati atas net untuk mendapatkan poin.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah cedera saat bermain bulu tangkis :
Lakukan pemanasan sebelum bermain dan pendinginan sesaat setelah bermain dengan gerakan yang benar.
Sesering mungkin melakukan latihan kekuatan otot dan fleksibilitas agar tubuh tidak kaget saat bermain bulu tangkis.
Pilihlah sepatu yang tepat, disarankan mengenakan sepatu khusus bulu tangkis karena dirancang mampu mengurangi guncangan. Selain itu, pilihlah sepatu ringan dan sol anti selip untuk mencegah terpeleset di lapangan.
Pilih raket yang tepat, karena raket yang baik memiliki berat yang disesuaikan dengan kemampuan tubuh dalam mengayunkan kok saat bermain bulu tangkis. Jika bisa, pilihlah raket yang ringan agar tak memberatkan bahu. Kamu juga perlu memperhatikan ukuran grip dan tension dari senar raket. Hal ini bertujuan untuk memudahkan gerakan mengayun saat bermain.
Perhatikan intensitas permainan, sesuaikan dengan kondisi usia dan fisik para pemain.
Apabila kamu mengalami cedera, lakukan rehabilitasi hingga tuntas.
Jika belum sembuh dari kondisi cedera, jangan memaksakan diri untuk kembali bermain.

Pemain bulu tangkis membutuhkan stamina yang kuat, kelincahan, kecepatan, ketepatan, kekuatan otot, dan koordinasi motorik sendi dan otot yang baik. Olahraga ini dipenuhi gerakan kompleks sesuai dengan tempo permainannya. Itulah mengapa jika tidak berhati-hati, cedera otot, sendi, ligamen, hingga tendon rentan terjadi ketika bermain bulu tangkis. 

Berikut beberapa jenis cedera yang dapat terjadi saat bermain bulu tangkis : 

  1. Cedera Bahu
    Penyebab: Gerakan overhead atau mengayun yang cepat dan berulang. Tipe cedera bahu pada pemain bulu tangkis adalah overuse injury, disebabkan karena gerakan sendi bahu yang berulang. Kondisi ini akan menyebabkan otot-otot bahu kelelahan dan mengakibatkan stabilitas sendi bahu menurun.
    Tendonitis rotator cuff atau tendinopathy adalah kondisi cedera bahu tersering pada pemain bulu tangkis.
  2. Cedera Ankle
    Penyebab: Cedera ankle atau sering disebut ankle sprain (pergelangan kaki terkilir) sering terjadi pada pemain bulu tangkis akibat gerakan-gerakan berubah arah dalam waktu yang cepat serta gerakan melompat dan mendarat saat melakukan jumping smash.

Faktor risiko cedera pergelangan kaki bisa berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal misalnya: kelelahan saat bermain sehingga membuat keseimbangan menjadi terganggu dan pergelangan kaki kemudian terkilir; faktor eksternal biasanya disebabkan karena kondisi lapangan yang licin atau karena penggunaan sepatu yang tidak tepat sehingga membuat cedera pada ankle. 

  1. Cedera Lutut
    Penyebab: Diakibatkan oleh gerakan melompat dan mendarat berulang dan gerakan lunges yang berulang. Gerakan melompat dan mendarat serta gerakan lunges memberikan beban yang cukup besar pada tendon sendi lutut sehingga menyebabkan cedera lutut.
    Selain cedera pada tendon lutut, cedera ligamen lutut dan bantalan lutut juga sering dilaporkan di beberapa jurnal ilmiah, yaitu cedera ACL dan meniskus. Cedera ini sering disebabkan karena gerakan berputar dari lutut saat bermain bulu tangkis. 
  2. Cedera Punggung
    Penyebab: Cedera lower back pain atau cedera punggung bawah juga sering terjadi akibat beberapa gerakan menerjang dan merunduk pada saat bermain bulu tangkis. Kelemahan otot punggung merupakan salah satu faktor risiko dari cedera lower back pain pada permainan bulu tangkis. 
  3. Cedera Siku
    Penyebab: Cedera pada siku dapat terjadi karena beban pada otot yang berlebihan dan terus-menerus selama memegang raket, sehingga menimbulkan peradangan pada otot siku. 
  4. Cedera Kram Otot
    Penyebab: Olahraga tanpa melakukan pemanasan dan peregangan otot. Kram otot bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tapi kram yang paling sering biasanya muncul di kaki. Saat kram terjadi, otot akan mengalami kontraksi dan bagian tubuh yang mengalami kram akan sulit digerakkan selama beberapa detik atau bahkan beberapa menit.

Cedera olahraga adalah kerusakan pada bagian tubuh yang diakibatkan oleh aktivitas olahraga. Secara pembagian waktu kejadian, cedera olahraga dibagi menjadi dua, yaitu akut (mendadak) atau kronis (berkembang seiring waktu).
Mekanisme terjadinya cedera olahraga pada umumnya disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan, benturan langsung, atau penerimaan gaya / kekuatan yang lebih besar daripada yang dapat ditahan oleh bagian tubuh secara struktural.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengobati cedera : 

1.    Proteksi (Protection)
Proteksi dimaksudkan untuk melindungi bagian tubuh yang mengalami cedera. Hal ini bertujuan untuk mencegah cedera bertambah parah. Proteksi dilakukan dengan menggunakan spalk, atau menggendong lengan yang cedera jika terjadi cedera pada bahu, atau dengan mengurangi beban sampai dengan tidak menapak dengan menggunakan kruk jika cedera terjadi pada kaki atau ekstrimitas bawah.

2.    Istirahat (Rest)
Istirahat bertujuan untuk membantu proses penyembuhan pada bagian tubuh yang cedera. Istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, namun mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera saja. Segera setelah cedera membaik, ditandai dengan nyeri, bengkak yang reda, aktivitas pada bagian yang cedera bisa dimulai dengan perlahan. Jika nyeri tidak membaik, tentunya pemeriksaan oleh dokter dibutuhkan untuk menentukan penanganan lebih lanjut.

3.    Kompres dengan es (Ice)
Pemberian kompres es bertujuan untuk mencegah, mengurangi bengkak dan mengurangi nyeri pada bagian tubuh yang cedera. Kompres es dilakukan pada awal setelah terjadinya cedera selama 15-20 menit setiap 2-3 jam. Hindari kontak langsung es dengan kulit untuk mencegah terjadinya trauma pada kulit. Alergi atau iritasi pada kulit bisa terjadi, ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi kemerahan atau bercak-bercak pada area dengan kontak es. Segera hentikan kompres es jika hal ini terjadi.

4.    Balut kompresi (Compression)
Balut kompresi menggunakan perban elastis atau brace (deker) untuk memberikan penekanan sehingga mengurangi bengkak dan memberikan batasan gerakan pada area cedera. Penggunaan perban elastis harus secara tepat, yaitu dengan tidak menarik perban secara berlebihan sehingga memberikan kompresi yang cukup. Perban elastis dipakai mulai dari bagian bawah area yang cedera sampai dengan diatas bagian yang cedera. Jika terjadi rasa baal, kesemutan, pucat pada bagian bawah dari area yang dipasang perban elastis berarti penggunaan perban tersebut menghambat aliran darah ke arah bawah. Kurangi kompresi dengan mengendurkan balutannya.

5.    Tinggikan (Elevation)
Meninggikan area yang cedera bertujuan mengurangi bengkak, sehingga mengurangi nyeri dan memungkinkan pemulihan gerakan lebih awal. Hal yang perlu dilakukan adalah memposisikan area yang cedera lebih tinggi dari jantung, misalnya dengan mengganjal menggunakan bantal saat tidur. Terapi ini bermanfaat terutama pada 48 jam pertama setelah cedera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *