JENIS-JENIS BULLYING

Ninda Mawarni ninda.mawarni.2301216@students.um.ac.id

Abstrak keberadaan bullying ini terkuak karena adanya faktor yang biasanya merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilakunya. Masalah bullying sudah sering terjadi di lingkungan pendidikan. Memantau perkembangan bullying secara menyeluruh di tahun 2024 masih terkendala oleh minimnya data resmi yang dirilis secara berkala. Adanya perilaku bullying di lingkungan pendidikan dapat menimbulkan suasana yang tidak dapat mendukung perkembangan siswa. Perilaku bullying memberikan dampak yang merugikan. Tidak hanya kekerasan fisik namun juga secara mental. Bullying ini akan terus terjadi di lingkungan pendidikan atau bahkan di luar lingkup pendidikan, sehingga perlu pencegahan yang serius dalam kasus tersebut. 

Catatan

Warna ⇒ Menjelaskan tema utama

Warna ⇒ Menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ Menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP1) Verbal Bullying

Verbal Bullying ini termasuk dari jenis-jenis bullying. Bullying jenis ini biasanya dilakukan dengan mengintimidasi dengan kata-kata yang menyakitan, mengancam, sampai merendahkan. Jenis bullying ini tidak meninggalkan bekas fisik, namun efeknya bisa sangat merugikan bagi korban. Menurut Purnawan (2009: Fitri dkk, 2018) penyebab rendahnya percaya diri pada seseorang adalah, pengaruh lingkungan, sering diremehkan oleh teman sebaya,  pola  asuh  orang  tua  yang  sering  mengekang kegiatan  anak,  orang  tua  yang  terus menerus memarahi, tetapi tidak pernah memberi penghargaan apabila anak melakukan hal yang positif, serta kurang   kasih   sayang. Salah satu faktor anak tidak percaya diri adalah ketika seseorang mendapatkan perilaku bullying dari temannya. 

(RP2) Physical Bullying

Physical bullying termasuk dalam jenis-jenis bullying. Bentuk physical bullying ini melibatkan kontak fisik yang dimana dapat merugikan atau bahkan merusak tubuh seseorang. Tujuan dari physical bullying ini adalah menakutkan atau mengintimidasi seseorang. Mulai dari kekerasan fisik seperti memukul, menendang, mendorong, pelecehan seksual, penganiayaan, serta ancaman fisik. Dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2017 menyatakan bahwa korban bullying fisik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Mereka juga cenderung mengalami masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan nyeri perut. 

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi sosial di University of Warwick menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying fisik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental hingga usia dewasa. Mereka juga cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan kesempatan kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami bullying. Para pelaku physical bullying perlu menyadari bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi serius dan bisa melukai orang lain secara fisik maupun mental. Mereka perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menghormati dan menghargai orang lain tanpa harus menggunakan kekerasan. 

(RP3) Non-verbal atau Non-physical

Pada bentuk bullying ini merupakan bentuk bullying yang tidak melibatkan kata-kata maupun kontak fisik langsung kepada seseorang. Bullying dengan bentuk seperti ini justru sulit untuk dideteksi. Pelaku dari bullying non-verbal biasanya menggunakan komunikasi non-verbal seperti mengintimidasi. Contohnya, melotot, menyindiri, mendorong bahu, gestur tubuh yang negatif. Pelaku dari bullying non-fisik sendiri biasanya bullying yang terjadi melalui teknologi, seperti komentar-komentar yang jahat di media sosial, menyebarkan informasi yang bohong. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi di University of California, Los Angeles, menunjukkan bahwa bullying non-verbal dan non-physical dapat meningkatkan risiko depresi pada remaja lebih dari dua kali lipat. Studi ini juga menemukan bahwa korban bullying jenis ini cenderung mengalami isolasi sosial dan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat.

(RP4) Mengapa Bisa Terjadi

Bullying merupakan suatu tindakan agresif dan merendahkan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap seseorang yang lebih lemah, memiliki beragam penyebab dan tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan bullying dan seringkali tidak ada satu alasan yang dapat diidentifikasi sebagai alasan utama. Beberapa faktor yang umumnya berkontribusi terjadinya bullying :

  1. Faktor Individu : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang melakukan bullying mungkin memiliki karakteristik tertentu, seperti kurangnya empati, kesulitan dalam mengendalikan emosi, atau memiliki persepsi yang salah tentang kekuasaan dan dominasi.
  2. Faktor Lingkungan : Lingkungan di sekitar individu juga dapat menyebabkan peran penting dalam terjadinya bullying. Lingkungan yang tidak mendukung, kurang pengawasan, atau kurangnya aturan yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dapat menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya bullying.
  3. Faktor Keluarga : Lingkungan keluarga juga dapat berpengaruh pada perilaku bullying seseorang. Pola asuh yang tidak konsisten, kurangnya perhatian atau pengawasan dari orang tua, atau kekerasan dalam keluarga dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga.

(RP5) Dimana Saja Bullying Terjadi

Tidak hanya di lingkup pendidikan, bullying dapat terjadi di luar lingkup pendidikan, bahkan bullying dapat dilakukan di lingkungan online. Beberapa tempat umum di mana bullying sering terjadi:

  1. Sekolah : Bullying sering terjadi di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas, di koridor, di area makan siang, atau bahkan di tempat olahraga. Pelaku bullying di sekolah bisa menjadi teman sebaya, siswa yang lebih tua, atau bahkan guru atau staf sekolah.
  2. Tempat Kerja : Bullying di tempat kerja, yang juga dikenal sebagai mobbing, bisa terjadi antara rekan kerja, atasan, atau bawahan. Bentuk bullying di tempat kerja bisa berupa pengucilan, penugasan tugas yang tidak sesuai, atau komentar yang merendahkan.
  3. Lingkungan Online : Semakin meluasnya penggunaan media sosial dan teknologi digital, bullying juga dapat terjadi secara online atau cyberbullying. Bentuk cyberbullying bisa berupa pengiriman pesan teks yang mengancam, memposting foto atau informasi pribadi yang merugikan, atau menyebarkan gosip yang tidak benar melalui platform online.

(RP6) Separah Apa Dampak Bullying

Bullying memberikan dampak negatif terhadap korban. Menurut (Soedjatmiko, 2013) korban bullying adalah pihak yang paling terkena dampaknya. Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah mereka mengalami berbagai jenis gangguan antara lain, korban merasa tidak nyaman (low psychological well-being), cemas, rendah diri, bahkan rasa tidak berharga, ketidaksesuaian sosial dimana korban merasa takut atau bahkan tidak mau pergi sekolah dan menghindari diri dari interaksi sosial (Akbar, 2013). Selain itu, dampak bullying yang paling parah adalah peningkatan risiko bunuh diri. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry pada tahun 2013, korban bullying memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri.

(RP7) Mengapa Bullying Harus Diselesaikan

Bullying dapat menimbulkan dampak yang berbahaya dalam jangka panjang bagi korban. Banyak sekali dampak yang akan dialami oleh korban bullying. Mulai dari kesejahteraan mental dan emosional, kesehatan fisik, pembelajaran terganggu, sampai kesulitan dalam membentuk hubungan sosial. Oleh karena itu, penting untuk menyelesaikan masalah bullying dengan segera dan efektif. Sehingga untuk menyelesaikannya dapat dilakukan dengan cara : 

  1. Meningkatkan edukasi dan kesadaran : Masyarakat perlu diedukasi tentang bahaya bullying dan bagaimana cara mencegahnya.
  2. Memberikan dukungan kepada korban : Korban bullying perlu mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk pulih dari trauma dan melanjutkan hidup mereka.
  3. Melibatkan semua pihak : Upaya untuk menyelesaikan bullying harus melibatkan semua pihak, seperti orang tua, guru, konselor, penegak hukum, dan masyarakat luas.

Dengan menyelesaikan masalah bullying, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa.

Saran Aku Untuk Dia

Masalah bullying merupakan masalah serius yang dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk sekolah. Dampaknya pun bisa sangat negatif bagi korban, baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Pencegahan bullying jauh lebih penting daripada penanganannya. Dengan mencegah bullying, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang.

Daftar Pustaka

Nurul Isnaeni Rahmat, I. D. (2023). Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Bullyingdi Madrasah Ibtidaiyah. JURNALBASICEDU.

Indriana Ulul Azmi, N. M. (2021). Studi Komparasi Kepercayaan Diri (Self Confidance) Siswa yang Mengalami VerbalBullying dan Yang Tidak Mengalami VerbalBullying di Sekolah Dasar. JURNALBASICEDU.

Ttofi, M. M., Farrington, D. P., Lösel, F., & Loeber, R. (2011). Do the victims of school bullies tend to become depressed later in life? A systematic review and meta-analysis of longitudinal studies. Journal of Aggression, Conflict and Peace Research, 3(2), 63-73.

Copeland, W. E., Wolke, D., Angold, A., & Costello, E. J. (2013). Adult psychiatric outcomes of bullying and being bullied by peers in childhood and adolescence. JAMA psychiatry, 70(4), 419-426.

Ttofi, M. M., Farrington, D. P., Lösel, F., & Loeber, R. (2011). The predictive efficiency of school bullying versus later offending: A systematic/meta-analytic review of longitudinal studies. Criminal Behaviour and Mental Health, 21(2), 80-89.

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2015). Cyberbullying prevalence and correlates among middle school students. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 18(4), 260-263.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *