Vania Muhtadiah Izzah, vania.muhtadiah.2301216@students.um.ac.id
Abstrak Kekerasan dalam pacaran merupakan isu serius yang mempengaruhi banyak remaja. Tanda-tanda awal kekerasan meliputi sikap posesif, cemburu berlebihan, dan perilaku kasar. Kekerasan dalam pacaran dapat berupa kekerasan fisik, emosional, dan ekonomi, dengan dampak negatif seperti cedera fisik, gangguan mental, dan trauma emosional. Faktor penyebab kekerasan termasuk dominasi, serangan verbal, harapan yang tidak realistis, dan lingkungan rumah yang tidak sehat. Pencegahan kekerasan dalam pacaran melibatkan komunikasi yang sehat, memperkuat batasan pribadi, serta meningkatkan kesadaran tentang kekerasan dalam pacaran. Teman dan keluarga memiliki peran penting dalam mendukung korban dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional. Penyediaan tempat perlindungan yang aman juga membantu korban keluar dari lingkaran kekerasan. Dengan memahami dan mengatasi tanda-tanda serta faktor penyebab kekerasan dalam pacaran, kita dapat membina hubungan yang lebih sehat dan aman.
(RP1) Mengenali Tanda-Tanda Awal Kekerasan dalam Pacaran
Mengenali tanda-tanda awal kekerasan dalam pacaran adalah langkah pertama yang penting. Beberapa tanda-tanda tersebut antara lain:
- Pasangan secara terus-menerus bersikap posesif dan mengekang (Ramadhani, 2022).
- Pasangan sering menunjukkan rasa cemburu yang berlebihan yang tidak masuk akal dan menaruh kecurigaan dari pacarnya (Ramadhani, 2022).
- Pasangan sering bersikap pasif atau mendiamkan pasangannya ketika dirinya marah (Ramadhani, 2022).
- Pasangan sering memaksa pasangannya untuk melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan pasangannya.
- Pasangan sering melakukan ancaman, penghinaan, atau perlakuan kasar terhadap pacarnya.
(RP2) Jenis-jenis Kekerasan dalam Pacaran
Ketika membahas kekerasan dalam pacaran, penting untuk mengenali dan memahami berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi.
- Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik diartikan sebagai kekerasan yang terlihat dengan mata telanjang. Karenanya siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku kekerasan dengan korbanya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu(Siregar,2013). - Kekerasan Emosional
Kekerasan emosional adalah suatu sikap atau perilaku yang dapat membahayakan perkembangan sosial atau kesehatan mental.. Istilah dari kekerasan emosional adalah kekerasan verbal, kekerasan mental ataupun kekerasan psikologis (ARIANI, 2022). Kekerasan emosional melibatkan penghinaan, pengancaman, dan kontrol psikologis. Contoh kasus yaitu ketika seorang remaja perempuan sering kali dihina dan diintimidasi oleh pacarnya melalui kata-kata yang merendahkan. - Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi terjadi ketika pelaku mempunyai kendali penuh atas uang korban dan sumber daya ekonomi lainnya (Jailani, 2020). Contoh kasusnya adalah ketika seorang remaja perempuan dilarang menggunakan uangnya sendiri dan diberi pembatasan akses ke sumber daya ekonomi.
(RP3) Dampak Negatif Kekerasan dalam Pacaran
Kekerasan dalam pacaran adalah masalah serius yang dapat menimbulkan dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang pada korbannya.
- Kesehatan Fisik: Korban kekerasan dalam pacaran lebih mungkin mengalami masalah kesehatan fisik yang serius. Misalnya, Anda mungkin mengalami cedera serius seperti patah tulang, memar, atau kekerasan fisik dari pasangan Anda.Selain itu, beberapa korban mengalami gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia sebagai respons terhadap kecemasan dan stres yang mereka alami.
- Kesehatan Mental dan Emosional: Dampak kekerasan dalam pacaran juga dirasakan secara mental dan emosional. Tekanan dalam hubungan seringkali menyebabkan korbannya menderita depresi, gangguan kecemasan, dan stres yang berkepanjangan. Anda mungkin merasa rendah diri, takut, atau bersalah karena situasi Anda. Penghinaan, ancaman, dan kontrol psikologis dari pasangan juga bisa berujung pada trauma psikologis yang berkepanjangan.
(RP4)Faktor Penyebab dan Pemicu Kekerasan dalam Pacaran
Kekerasan dalam pacaran bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain faktor dominasi, faktor intensi serangan verbal (verbal assault), harapan yang salah (abusive expectation) dan faktor konflik atau krisis (Jailani, 2020).Lingkungan rumah yang tidak sehat dan pengalaman kekerasan dalam rumah tangga juga berperan. Orang yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak sehat atau sering mengalami kekerasan mungkin lebih cenderung menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan. Paparan berlebihan terhadap konten media yang menormalisasi kekerasan dan perilaku berbahaya juga berkontribusi terhadap hal ini. Media seperti film dan televisi dapat memberikan dampak signifikan terhadap cara kita memahami dan merespons lingkungan sekitar.
(RP5) Langkah-langkah Mencegah Kekerasan dalam Pacaran
Langkah-langkah khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan dalam pacaran dan membina hubungan yang sehat antara lain:
1.Gunakan komunikasi yang sehat: pentingnya mendengarkan tanpa bersikap menghakimi, menggunakan bahasa yang sopan dan terbuka untuk berbicara jujur.
- Memperkuat batasan pribadi dan kemandirian dalam hubungan.
Hal ini mencakup menghormati privasi pasangan, memantau aktivitas individu, dan menetapkan batasan yang jelas tentang perilaku apa yang dapat dan tidak dapat diterima. - Mengetahui sumber daya apa saja yang tersedia, seperti hotline kekerasan seksual atau organisasi nirlaba lokal yang fokus pada pencegahan kekerasan remaja.
Mengetahui sumber daya ini dapat membantu para korban atau orang-orang yang terlibat dalam situasi yang berpotensi berbahaya mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka perlukan. - Meningkatkan kesadaran mengenai kekerasan dalam pacaran di kalangan remaja, keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat yang merupakan kerentanan yang harus diatasi. (Rusyidi & Hidayat, 2020).
(RP6)Peran Teman dan Keluarga dalam Mengatasi Kekerasan dalam Pacaran
Teman dekat dan anggota keluarga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada korban kekerasan dalam pacaran yaitu dengan:
- Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi korban untuk berbicara tentang pengalaman mereka tanpa takut atau malu (Saba,2024).
- Memberikan dukungan emosional kepada korban, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, mengungkapkan empati, dan meyakinkan mereka bahwa kekerasan bukanlah kesalahan mereka.
- Mendorong korban untuk mencari bantuan profesional, seperti konselor atau pekerja sosial, yang dapat memberikan nasihat dan pendampingan yang lebih terlatih.
- Mendukung korban dalam mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka sendiri, seperti membuat rencana keamanan atau melaporkan kekerasan kepada pihak berwenang.
(RP7) Mengakhiri Lingkaran Kekerasan: Menyediakan Jalan Keluar yang Aman bagi Korban
Salah satu cara untuk membantu korban kekerasan dalam pacaran menghentikan siklus kekerasan adalah dengan menyediakan tempat perlindungan yang aman bagi mereka, seperti rumah perlindungan. Rumah perlindungan memainkan peran penting dalam membantu korban kekerasan dalam pacaran. Di sana, korban dapat mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan, termasuk perlindungan fisik dan bantuan emosional. Ini memberi mereka kesempatan untuk merasa aman dan didengar, sehingga mereka dapat memutuskan hubungan yang tidak sehat tanpa takut akan ancaman atau tindakan kekerasan lebih lanjut.
Saran dan Pesan
Kekerasan dalam pacaran merupakan masalah serius yang banyak menimpa remaja saat ini.
Itu sebabnya kita perlu mewaspadai, mencegah, dan melindungi diri dari kekerasan saat berpacaran. Pahami tanda-tandanya, jalin komunikasi yang sehat dalam hubungan, dan kenali dampak negatif kekerasan dalam pacaran. Dengan mengetahui jenis-jenis kekerasan dalam pacaran dan faktor penyebabnya, kita bisa lebih waspada dan aktif mencegah kekerasan dalam pacaran remaja. Mari kita bina hubungan yang sehat, saling menghormati, dan bekerja sama menciptakan perubahan positif demi masa depan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Ramadhani, A. (2022). Toxic Relationship Recovery Dalam Pacaran Di Kalangan Remaja (Doctoral dissertation, UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri).
Siregar, L. Y. S. (2013). Kekerasan Dalam Pendidikan. Logaritma: Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains, 1(01). https://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/LGR/article/viewFile/195/176
ARIANI, A. (2022). Kekerasan Emosional Terhadap Perempuan (Sebuah Analisis Wacana Sinetron Suara Hati Istri) (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Palopo).
Jailani, M. (2020). Fenomena kekerasan dalam berpacaran. JGSIMS: Journal of Gender and Social Inclusion in Muslim Societies, 1(1).
Saba, A. A. (2024). Efektivitas Program Konseling Untuk Mengatasi Kekerasan Dalam Hubungan Romantis Remaja. JBK Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 1-8.Rusyidi, B., & Hidayat, E. N. (2020). Kekerasan dalam pacaran: Faktor risiko dan pelindung serta implikasinya terhadap upaya pencegahan. Sosio Informa: Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 6(2), 152-169