Fauziah Nur Aisyah Rosyidah fauziah.nur.2303336@students.um.ac.id
Feminisme telah menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan dari berbagai generasi. Di satu sisi, kita disuguhkan dengan ide-ide ideal tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Di sisi lain, realitas di lapangan menunjukkan bahwa perjuangan untuk mencapai kesetaraan masih panjang dan penuh rintangan. Bagi banyak orang, feminisme identik dengan gerakan radikal yang menentang norma dan nilai-nilai tradisional. Mereka melihat feminis sebagai perempuan yang membenci laki-laki dan ingin menjungkirbalikkan tatanan sosial yang sudah mapan. Persepsi ini tentu saja keliru dan menyesatkan. Faktanya, feminisme adalah tentang memperjuangkan hak-hak perempuan dan menciptakan dunia yang lebih adil bagi semua gender. Feminis tidak ingin menghancurkan tradisi, tetapi ingin mendefinisikannya agar lebih inklusif dan egaliter.Feminisme bukanlah utopia yang mudah dicapai. Namun, dengan semangat dan komitmen yang kuat dari organisasi seperti Komunitas Averroes, kita dapat terus bergerak maju menuju dunia yang lebih adil dan setara bagi semua.
Peran organisasi seperti Komunitas Averroes menjadi sangat penting. Berbasis di Malang, Jawa Timur, Komunitas Averroes ini fokus pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam isu kesetaraan gender. Dengan slogan “Membangun Wacana Kritis Rakyat,” Komunitas Averroes melakukan berbagai kegiatan penelitian, pendidikan, pelatihan, dan publikasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender. Mereka juga membuka peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mereka selenggarakan.Komunitas Averroes menjadi contoh nyata bahwa feminisme bukan hanya tentang teori dan ideologi, tetapi juga tentang aksi nyata di lapangan. Mereka menunjukkan kepada kita bahwa perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, baik laki-laki maupun perempuan.