Melestarikan budaya lokal : Berkreasi dengan masakan khas daerah menjadi resep makanan yang digemari anak muda

Zahra Aniqotul Maziyah

zahra.aniqotul.2301216@students.um.ac.id

Abstrak :  Budaya lokal yang berupa kuliner khas indonesia merupakan warisan para leluhur dan nenek moyang zaman dahulu yang harus kita jaga sebagai generasi muda. Budaya lokal pada zaman sekarang telah mengalami banyak perubahan dan modifikasi akibat masuknya budaya asing ke Indonesia. Anak muda zaman sekarang kurang tertarik dan terkesan tidak mau ribet dengan budaya lokal terutama perihal makanan indonesia yang pada dasarnya menggunakan bahan-bahan yang lebih komplit dari  bahan-bahan makanan zaman sekarang. Generasi muda lebih memilih untuk makan masakan yang instan dan kurang memperhatikan cita rasa dalam setiap gigitan makanan tersebut. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda mengusahakan untuk menjadikan kuliner indonesia sebagai warisan dunia.

Catatan
Warna ⇒ menjelaskan tema utama

Warna ⇒ menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP1)  Budaya lokal

Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu daerah, budaya yang dimiliki oleh masyarakat memiliki perbedaan dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat atau yang berada di daerah lain. Kebudayaan tersebut tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu serta keberadaannya diakui dan dimiliki oleh masyarakat setempat. Para generasi penerus bangsa harus bisa menjaga dan melestarikan kebudayaan yang mereka miliki karena jika mereka tidak bisa melestarikannya maka bisa saja dengan budaya lokal tersebut akan punah. Terjadinya kepunahan-kepunahan tersebut juga tentunya disebabkan oleh berbagai masalah yang terjadi pada saat ini salah satunya yaitu masuknya budaya luar ke Indonesia, masyarakat setempat lebih mengetahui tentang budaya-budaya luar sehingga kebudayaan lokal yang dimilikinya seakan-akan sudah dilupakan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya budaya lokal untuk dilestarikan apalagi oleh para generasi-generasi bangsa, pengumpulan data dalam penyusunan artikel ini disusun menggunakan penelitian kepustakaan yang dikutip dari berbagai jenis referensi dan tentunya dilihat dari keadaan pendidikan sekarang ini.

(RP2) Masakan Khas Indonesia 

Kemunculan sejumlah besar negara adalah konsekuensi dari tergugahnya kesadaran nasional sejak awal abad ke-20. Selama sejarah pembentukan negara-negara tersebut, atribut yang membentuk identitas kebangsaan, seperti bendera, lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan sejarah nasional, dibuat untuk membentuk wawasan kolektif bagi setiap warga negara. Makanan adalah komponen penting dari identitas nasional selain atribut fisik. Makanan juga berhubungan dengan kebutuhan biologis warga negara. Makanan pascakolonial, seperti halnya nilai-nilai penting kebangsaan yang disebutkan di awal tulisan ini, bukan hanya kebutuhan dasar masyarakat. Namun, nasionalisasi juga terjadi pada makanan. Di sini, nasionalisasi didefinisikan sebagai proses memasukkan kebiasaan makanan dari era kolonial ke dalam identitas bangsa yang merasa dirinya telah lepas dari belenggu kolonial. Kuliner nasional, atau makanan nasional, mulai muncul di banyak negara yang baru saja mendapatkan kemerdekaan. Tidak hanya ahli kuliner tetapi juga pemimpin negara berpartisipasi dalam membangun citra kuliner sebagai bagian dari identitas nasional. Banyak penelitian telah dilakukan tentang pembentukan kuliner nasional di seluruh dunia.

(RP3) Kuliner Rasa Kolonial

Berbagai tingkat kegembiraan mewarnai awal kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsa yang pernah menjadi koloni Belanda, kemerdekaan menjadi cara yang tepat untuk menyalurkan hasrat untuk melepaskan semua elemen yang dianggap sebagai “kebelanda-belandaan”. Hasrat ini berasal dari prinsip kebebasan warga negara untuk menentukan, atau self-determination, dirinya sendiri terbebas dari segala bentuk kolonialisme. Selain itu, pemerintah berusaha menghapus ingatan kolektif orang tentang bahasa, buku sejarah, bendera, nama jalan, dan nama bangunan.  Selain itu, jika diperlukan, berbagai bangunan fisik dihancurkan. Tetapi dekolonisasi bukan berarti budaya kolonial dihapus begitu saja. Itu juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menasionalisasi aset kolonial. Dalam konteks pembentukan kuliner nasional Indonesia, kuliner merupakan representasi dari keanekaragaman budaya Indonesia. Sejak awal, kuliner Indonesia menggabungkan berbagai budaya lokal dan internasional (Tionghoa, Arab, India, dan Eropa). Oleh karena itu, kapan dan bagaimana persilangan ini dikumpulkan dan dibuat menjadi kuliner Indonesia? Siapa yang pertama kali menciptakan konsep makanan Indonesia? Meskipun kesadaran untuk membangun kuliner nasional mulai muncul pada awal kemerdekaan, sebenarnya pembentukan “bahan-bahan dasar” kuliner nasional baru dimulai pada abad ke-19. Di tanah koloni Belanda, wanita Belanda dan Indo mulai melakukan makanan improvisasi, yang dipengaruhi oleh tradisi kuliner Prancis. Beberapa gelintir kemudian menjadi “ratu dapur”, mengubah selera masyarakat kolonial. Mereka menulis resep kreasi mereka, menggabungkannya, dan kemudian menerbitkannya sebagai buku masak populer yang berfungsi sebagai panduan bagi pembacanya. Dimulai dengan Kokki Bitja, buku masak Hindia Belanda pertama, yang diterbitkan oleh Cornelia pada tahun 1857. Setelah itu, banyak buku masak lainnya keluar. Hasil dari Oost-Indisch kookboek (1870) yang ditulis oleh penulis anonim, diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Boekoe Masak Masakan Roepa-Roe (1879), Indisch kookboek (1872) yang ditulis oleh Gerardina Gallas HaakBastiaanse, Boekoe Masak Masakan Baroe (1896), dan Groot nieuw volledig Indisch kookboek yang ditulis oleh koki terkenal. 

Dari pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20, publikasi buku masak membuat sebuah gagasan tentang kuliner wilayah yang disebut dengan istilah Indische keuken (kuliner Hindia). Beberapa penulis buku masak menggunakan Indische keuken untuk mengkategorikan resep berdasarkan kelompok sosial yang ada di tanah koloni. Misalnya, penulis Oost-Indisch kookboek tahun 1870 membagi resep menjadi dua kategori: “makanan Belanda” (Hollandsch eten) dan “makanan Bumiputera” (Inlandsch eten). Penggabungan ini menunjukkan upaya untuk menghindari campuran resep Eropa (seperti Belanda, Prancis, Portugis, dan Spanyol) dengan resep Bumiputera. Namun, resep yang berasal dari budaya Tionghoa, India, Arab, dan Bumiputera sebenarnya dikategorikan sebagai resep Eropa setelah tentunya diubah oleh penulisnya agar sesuai dengan selera orang Eropa. Hal itu menunjukkan bahwa dari praktik gastronomi Indische keuken terjalin hubungan yang saling mengenal, mengolah, dan menerima kuliner antarbangsa. Misalnya saja penulis buku-buku masak mengenalkan resep-resep Bumiputera seperti aneka olahan nasi, sate, kari, soto, rawon, dan sambal kepada para pembaca Eropa; sebaliknya para pembaca dari kalangan Jawa dan Melayu diperkenalkan resep-resep membuat soep, huzarensla, frikadel, biefstuk, poffertjes, roti, nastaart, kaastengels, dan klappertaart

(RP4) Panduan Resep Makanan berbasis Android

Memasak adalah proses membuat makanan dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas. Di era globalisasi dengan kemampuan teknologi yang semakin canggih, beberapa orang dari seluruh Indonesia secara rutin memposting berbagai resep masakan di internet. Bahkan dengan menggunakan smartphone atau handphone kita, kita dapat mengaksesnya tanpa harus menggunakan komputer.

Cookpad, Cookbook, Endeus, dan Resepedia adalah beberapa aplikasi masakan yang sudah ada (Mamduh, 2021). Tetapi aplikasi-aplikasi ini menawarkan berbagai resep. Aplikasi ini tidak spesifik untuk jenis pengguna atau kategori masakan tertentu. Belum ada aplikasi yang menawarkan resep masakan untuk mahasiswa.

Mahasiswa biasanya membuat masakan sederhana seperti telor ceplok, sayur tauge, dan tahu tumis kecap. Kemudahan mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah alasan mengapa menu ini dipilih (Ervina, 2020).

“My Little College Cookbook: Easy College Recipes for Students!” adalah salah satu buku yang diterbitkan yang membahas resep masakan untuk mahasiswa yang unik (BookSumo Press, 2021). Selain itu, “Menu Praktis untuk Sebulan”, sebuah buku resep yang membahas masakan praktis, menawarkan menu yang praktis yang membutuhkan waktu memasak yang relatif singkat (Kinanthi, 2013).

(RP5) Potensi Generasi Muda Wanita dalam Mengkreasikan Makanan Lokal

Kreativitas seseorang menjadi komponen yang sangat penting dalam menjalankan bisnis. Salah satunya adalah memiliki kemampuan dan metode untuk mengubah bahan baku yang mudah didapatkan dan murah menjadi produk yang bermanfaat dan laku dijual.  Seorang wirausaha juga harus memiliki strategi yang jitu untuk memasarkan barang yang mereka jual. Hal ini juga berlaku bagi perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan ingin berwirausaha dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan bisnis. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo, BI mendorong kaum wanita untuk mengembangkan potensi mereka dalam UMKM karena selama ini UMKM dianggap memiliki andil yang signifikan dan dapat bertahan selama perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan. Forum APEC, Women And The Economy Forum beberapa waktu yang lalu mengangkat tema “Wanita sebagai Penggerak Ekonomi” karena 96% pelaku kewirausahaan adalah UMKM, dan 60% dari mereka adalah perempuan.

(RP6) Wisata Kuliner sebagai Warisan Dunia

Wisata kuliner sekarang menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat, bahkan di negara lain. Untuk membuat kuliner Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia, sangat penting bagi Indonesia untuk mempromosikan wisata kuliner. Dengan banyak keragaman dalam adat, budaya, agama, suku, dan bahasanya, Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alamnya. Jika dikelola dengan baik, sumber daya alam ini dapat membantu rakyatnya dan memajukan negara. Bidang kepariwisataan dapat menjadi salah satunya. Saat ini, pariwisata Indonesia telah berkembang pesat. Bahkan bagi negara-negara maju, pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara. Dalam hal ini, Undang-Undang Republik Indonesia No 9 Tahun 1990 menetapkan bahwa kepariwisataan memainkan peran penting dalam memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan pendapatan nasional, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, menumbuhkan rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional, dan memantakan ekonomi negara.

Budaya yang mendukung pariwisata adalah kuliner. Dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan di Indonesia, industri kuliner memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor kuliner menyumbang 41% dari PDB, diikuti oleh subsektor fashion sebesar 17% dan subsektor kriya sebesar 14,9% di urutan kedua dan ketiga (Kompas, 2020).  Pariwisata tumbuh dan berkembang melalui sejarah, budaya, ekonomi, dan masyarakat, dan wisata kuliner merupakan bagian penting dari pengembangannya. Ini meningkatkan pengalaman wisatawan dengan membiarkan mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat. Wisatawan sangat menyukai kuliner, yang merupakan salah satu hal yang paling mereka sukai. Wisatawan biasanya akan bertanya tentang masakan lokal, menjelajah restoran, mencicipi produk unik, dan memahami tradisi masyarakat lokal di destinasi wisata yang dikunjungi, sehingga mereka dapat mendapatkan pengalaman yang unik dan istimewa selama perjalanan. Wisata kuliner meningkat seiring dengan berkembangnya media sosial, kemajuan ekonomi, dan peningkatan kesadaran akan kekayaan budaya tradisional. Negara dan masyarakat harus terus menggali dan mengembangkan keunggulan kompetitif dalam industri kuliner. Dengan mengenali keunggulan kompetitif tersebut, semakin  banyak  destinasi  di  seluruh  dunia  yang  ingin  memposisikan  diri  sebagai tujuan wisata kuliner.

(RP7) Kuliner Indonesia Mendunia

Di awal tahun 2000-an, ketika sebagian besar masyarakat Indonesia mulai mempertimbangkan makanan dan minuman sebagai kebutuhan dasar, popularitas masakan tradisional Indonesia kembali bangkit. Makanan dan minuman mulai menjadi bagian dari gaya hidup baru beberapa orang. Ini berkembang menjadi industri kuliner yang memenuhi kebutuhan pokok manusia dan kebutuhan tambahan seperti bersosialisasi dan mengaktualisasikan diri. Kota-kota terkenal dengan pertumbuhan industri kuliner yang sangat pesat adalah Bandung dan Jakarta. Rumah makan atau restoran di kedua kota tersebut meningkat pesat dan menjadi daya tarik tersendiri sebagai objek wisata. Makan malam di sebuah restoran kelas atas akan sangat berbeda dengan makan di sebuah pusat makan jalan atau pusat penjual hawker. Karena segmentasi dari produk yang ditawarkan yang berbeda, ini bukan berarti bahwa kuliner di restoran fine-dining lebih baik. Yang paling penting adalah bahwa seluruh lokasi penyajian harus memiliki standar kebersihan dan kesehatan yang terjaga. Inovasi dalam makanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan menjadi lebih menarik, mempunyai daya jual tinggi, dan disukai konsumen, meningkatkan efisiensi proses produk dan pemasarannya. Contoh inovasi dalam makanan dingin dan produk baru adalah contoh dari persaingan bisnis dalam industri makanan karena banyak pelaku bisnis makanan melakukan inovasi yang menghasilkan produk baru di pasar. Dengan be Kualitas dan kebersihan produk sangat memengaruhi pilihan konsumen untuk membeli produk kuliner, sehingga ini harus menjadi pengetahuan yang wajib dimiliki oleh setiap bisnis kuliner.

Kuliner asal Indonesia dengan keanekaragaman  makanan  khas  yang  menjadi  ciri khas  kuliner  di  suatu  daerah  perlu  dipertahankan eksistensinya   dengan    cara   melalui   peningkatan pelayanan, menjaga kualitas dan higienis makanan, higienis  tempat  makan,  inovasi  makanan dan  konsep  suasana  makan  yang  menarik.  Sehingga kuliner asal Indonesia dapat bersaing dengan kuliner negara   lainnya   karena   memiliki   kekhasan   dan keunggulan  kompetitif  dalam  cita  rasa,  pelayanan dan harga.

Daftar Pustaka

Aisara, F. (t.t.). MELESTARIKAN KEMBALI BUDAYA LOKAL MELALUI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR.

Ariyanti, I. (2023). EKOSISTEM KULINER INDONESIA BERSTANDAR GLOBAL. 10(1).

Khairani, Z., Kamilah, F., & Aznuriyandi, A. (2018). Peningkatan Daya Saing Produk Melalui Kreasi Makanan Berbahan Baku Hasil Pertanian Lokal. Jurnal Bakti Saintek: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sains dan Teknologi, 2(1), 11. https://doi.org/10.14421/jbs.1175

Maududi, M. Z. A., Kharisma, A. P., & Huda, F. A. (t.t.). Pengembangan Aplikasi Perangkat Bergerak Panduan dan Resep Masakan untuk Mahasiswa berbasis Android.

Rahman, F. (t.t.). Kuliner sebagai Identitas Keindonesiaan.

Szymkowiak, A., Melović, B., Dabić, M., Jeganathan, K., & Kundi, G. S. (2021). Information technology and Gen Z: The role of teachers, the internet, and technology in the education of young people. Technology in Society, 65, 101565. https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2021.101565

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *