MEMBANGUN KESADARAN: MELAWAN KEKERASAN DAN PELECEHAN GENDER DI SEKOLAH

Annisa alya risaiani, annisa.alya.2301216@students.um.ac.id

Membangun kesadaran terhadap kekerasan dan pelecehan gender di sekolah merupakan langkah yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan berbudaya. Data menunjukkan bahwa kekerasan berbasis gender di sekolah di Indonesia telah mengalami peningkatan hingga tahun 2019, dengan mayoritas kasus terjadi di lingkungan pendidikan, mencakup 174 kasus di kampus dan 123 kasus kekerasan seksual di sekolah. Hal ini menunjukkan urgensi untuk mengambil tindakan preventif yang lebih serius dan efektif dalam menangani masalah kekerasan gender di lingkungan pendidikan, dengan tujuan menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan bebas dari diskriminasi dan kekerasan

Kekerasan berbasis gender di sekolah

Kekerasan berbasis gender di sekolah merupakan bentuk kekerasan yang terjadi dalam lingkungan pendidikan, termasuk di sekolah, yang dicirikan oleh adanya paksaan baik secara fisik maupun psikis, yang berakar pada perbedaan gender. Kasus kekerasan berbasis gender di sekolah dapat mencakup berbagai bentuk, mulai dari penyiksaan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, intimidasi atau serangan dengan nuansa seksual, hingga ancaman atau percobaan perkosaan.

Pentingnya membangun kesadaran

Pentingnya membangun kesadaran terkait kekerasan berbasis gender di sekolah tidak bisa dilebih-lebihkan. Kesadaran ini menjadi fondasi utama dalam melindungi siswa dari ancaman dan dampak negatif kekerasan yang merusak, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan meningkatkan kesadaran, kita dapat mengidentifikasi tanda-tanda kekerasan secara lebih cepat, memberikan dukungan kepada korban, dan mencegah terjadinya kekerasan di masa depan. Selain itu, kesadaran juga membantu memperkuat norma-norma sosial yang menolak segala bentuk kekerasan berbasis gender, sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman, inklusif, dan menghormati hak asasi manusia. Dengan membangun kesadaran secara luas di masyarakat dan di dalam lingkungan pendidikan, kita dapat mengubah budaya yang mendukung kekerasan menjadi budaya yang menghargai kesetaraan, keberagaman, dan penghargaan terhadap hak-hak individu, menjadikan sekolah sebagai tempat yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendorong perkembangan pribadi yang positif bagi semua siswa.

Upaya membangun kesadaran

Upaya membangun kesadaran terhadap kekerasan berbasis gender di sekolah melibatkan berbagai aspek yang penting dalam membentuk sikap dan perilaku yang positif terhadap isu ini. Dalam pendidikan, penyampaian pemahaman tentang apa itu kekerasan berbasis gender, ciri-ciri kekerasan berbasis gender, perbedaan gender, serta strategi untuk menangani dan mencegah kekerasan tersebut menjadi kunci. Melalui pendidikan, sosialisasi, dan pengabdian yang terintegrasi, sekolah dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam membangun kesadaran terhadap kekerasan berbasis gender dan menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan menghormati hak asasi manusia bagi semua individu.

Melalui keluarga dan orang tua

Orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk sikap dan nilai-nilai anak-anak mereka terkait dengan isu-isu sosial, termasuk kesadaran terhadap kekerasan berbasis gender. ada beberapa cara orang tua dan keluarga dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran terhadap kekerasan berbasis gender di sekolah

  • Komunikasi Terbuka: Orang tua dapat membuka saluran komunikasi yang terbuka dengan anak-anak mereka tentang isu-isu kekerasan berbasis gender. Mereka dapat memperkenalkan konsep-konsep penting seperti kesetaraan gender, penghormatan, persetujuan, dan penolakan terhadap kekerasan secara jujur dan terbuka.
  • Memberikan Contoh: Orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka dengan memperlihatkan sikap-sikap yang menghormati dan menghargai semua individu, tanpa memandang jenis kelamin. Ini termasuk memperlihatkan hubungan yang sehat antara pasangan, mendukung aspirasi dan minat anak-anak mereka tanpa memperhatikan stereotip gender, dan menolak segala bentuk kekerasan dalam lingkungan keluarga.

Melalui pengembangan karakter

Pengembangan karakter mencakup pendidikan moral dan sosial yang bertujuan untuk membentuk sikap, nilai, dan perilaku yang positif pada siswa. Melalui berbagai kegiatan seperti workshop kesadaran gender, diskusi kelompok, klub pengembangan karakter, dan pembelajaran kolaboratif, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai kesetaraan gender dan pentingnya menolak kekerasan. Selain itu, melalui drama, teater, dan pelatihan keterampilan sosial, siswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara positif, berempati terhadap orang lain, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.

Melalui integrasi dan kolaborasi

Meningkatkan integrasi dan kolaborasi antara guru, sekolah, dan masyarakat merupakan langkah krusial dalam upaya mencegah kekerasan berbasis gender di lingkungan sekolah. Guru, sebagai agen utama dalam pembentukan karakter dan sikap siswa, perlu terlibat secara aktif dalam program-program pencegahan kekerasan berbasis gender. Kolaborasi dengan sekolah juga penting untuk memastikan bahwa pendekatan yang holistik diterapkan dalam mengatasi masalah ini, termasuk melalui integrasi materi kesetaraan gender dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler.

Diberlakukanya kesepakatan tata tertib berperilaku

Kesepakatan ini harus mencakup norma-norma perilaku yang menghormati hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan penolakan terhadap segala bentuk pelecehan atau kekerasan. Siswa perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menghormati individu tanpa memandang jenis kelamin serta konsekuensi dari pelanggaran terhadap tata tertib tersebut. Selain itu, penting juga untuk menetapkan sanksi yang tepat dan konsisten bagi pelanggaran pelecehan gender, yang harus diterapkan secara adil dan proporsional.

Saran: pelecehan berbasis gender bukan lagi hal yang tabu di Indonesia, hal ini tentu harus menjadi sorotan bagi para Masyarakat, orang tua, maupun pemerintah, karena kasus ini berkeliaran di dunia pendidikan, di tengah-tengah generasi muda penerus bangsa yang dipersiapkan masa depanya untuk membanggakan nama Indonesia. Tentu Upaya mencegah dan melawan harus diajarkan kepada tokoh-tokoh pendidikan, guru, pemerintah, kepala Lembaga, dan paling utama siswa siswi itu sendiri, agar kelak kasus pelecehan berbasis gender ini tidak lagi terjadi dan tidak merusak generasi penerus bangsa. 

DAFTAR PUSTAKA

Cara Puspeka Kemendikbud Kurangi Tingkat Kekerasan Berbasis gender. (1970, January 1). Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/cara-puspekakemendikbud-kurangi-tingkat-kekerasan-berbasis-gender

Er institute. (2020, December 4). integrasi dan kolaborasi upaya mencegah kekerasan berbasis gender di sekolah. ER INSTITUTE. https://erinstitute.id/2020/12/04/integrasi-dan-kolaborasi-upaya-mencegah-kekerasanberbasis-gender-di-sekolah/

Memahami Dan Mengatasi Kekerasan gender Di Sekolah Dari Perspektif Bimbingan Dan Konseling. (n.d.). Program Studi Bimbingan dan Konseling. https://bk.fipp.uny.ac.id/id/berita/memahami-dan-mengatasi-kekerasangender-di-sekolah-dari-perspektif-bimbingan-dan-konseling

Muya Syaroh Iwanda Lubis1*, Nurhayati2 , Budiman Purba3. (2023, January). Sosialisasi Kesadaran dan Keadilan Gender dalam Mengantisipasi Kekerasan Gender bagi Guru, Murid SMP dan SMA Harapan 3 Kabupaten Deli Serdang. PUSAT PUBLIKASI FAKULTAS EKONOMI-UKI TORAJA. https://ukitoraja.id/index.php/jnb/article/download/67/65/239

Webmaster Team, Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi ITB. (n.d.). Pencegahan Dan Penanggulangan Kekerasan Berbasis gender –. Institut Teknologi Bandung. https://www.itb.ac.id/berita/pencegahan-dan-penanggulangan-kekerasanberbasis-gender/57759

The World Bank. (2020). Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di Kalangan Pelajar SMA/SMK di Indonesiahttps://documents1.worldbank.org/curated/en/099637206212330304/pdf/IDU00f5de5e50031c048fc0b2a30efcfaa5410a0.pdf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *