GEJALA STRESS AKADEMIK YANG PERLU DIWASPADAI

Navila Al Husna Ramadhania @navila.al.2301216@students.um.ac.id

Abstrak Stres akademik adalah respons negatif yang timbul akibat tuntutan akademis atau segala hal yang terkait dengan proses belajar-mengajar. Sumber stres ini tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah atau pengajarannya, tetapi juga meliputi tekanan dari lingkungan keluarga, teman sebaya, dan kekhawatiran akan masa depan. Salah satu penyebab utama stres akademik adalah beban tugas sekolah yang besar dan tekanan ujian yang harus dihadapi, serta kekhawatiran terkait dengan pencapaian nilai yang memadai. Dampak stres akademik mencakup pengaruh terhadap performa akademik, seperti harapan orang tua akan prestasi anak mereka, interaksi dengan teman sekelas, serta tekanan dari lingkungan keluarga.

Mengenal Stress Akademik

Stres akademik, juga dikenal sebagai stres pendidikan, merujuk pada kondisi di mana siswa menunjukkan respons negatif berupa perilaku atau emosi sebagai dampak dari tekanan akademis atau segala hal yang terkait dengan proses belajar-mengajar. Penyebab stres akademik tidak hanya berasal dari materi pelajaran atau pengajar di sekolah, tetapi juga dari tekanan dalam lingkungan keluarga, interaksi dengan teman sebaya, dan kekhawatiran akan masa depan, termasuk pilihan jurusan kuliah dan karier setelah lulus. Faktor pemicu stres akademik yang dominan seringkali meliputi jumlah tugas sekolah dan tekanan dari ujian, serta kecemasan terkait dengan pencapaian nilai yang memadai.

Gejala Fisik

Stres akademik sering kali menimbulkan gejala fisik, emosional, dan mental pada siswa. Secara fisik, gejala stres akademik meliputi gangguan tidur seperti sulit tidur atau terbangun di malam hari, kelelahan yang persisten, seringnya sakit kepala, kesulitan untuk benar-benar beristirahat, kesulitan bangun pagi, dan merasa tidak nyaman karena ketidakpastian. Secara emosional, siswa yang mengalami stres akademik cenderung merasa cemas tanpa sebab yang jelas, mengalami perasaan sedih yang berlebihan, atau menunjukkan tindakan agresif yang dipicu oleh rasa amarah yang terkait dengan stres. Di sisi mental, gejala serupa juga dapat muncul, termasuk perasaan sedih berlebihan, kecemasan tanpa alasan yang jelas, dan tindakan agresif yang disebabkan oleh ketegangan yang menyertainya. Selain itu, stres juga dapat melemahkan daya tahan tubuh siswa sehingga mereka menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Dengan demikian, stres tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental siswa secara keseluruhan.

Gejala Emosional

Gejala emosional yang muncul akibat stres akademik meliputi perasaan cemas yang berlebihan terhadap tugas dan ujian, serta rasa sedih yang dalam tanpa alasan yang jelas. Selain itu, seseorang dapat menjadi mudah tersinggung atau marah terhadap situasi yang sebelumnya tidak memicu reaksi emosional yang kuat. Stres akademik juga dapat mengurangi motivasi untuk belajar atau berpartisipasi dalam kegiatan akademik. Selain itu, individu mungkin kesulitan merasa tenang atau rileks, bahkan dalam situasi yang seharusnya santai, serta kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya dianggap menyenangkan. Gejala lainnya termasuk kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial karena merasa terbebani oleh stres akademik. Bagi mereka yang mengalami gejala-gejala ini, penting untuk mencari dukungan yang tepat untuk mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Gejala Psikologis

Gejala psikologis yang muncul akibat stres akademik dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang secara signifikan. Salah satunya adalah kecenderungan mengalami kecemasan yang meningkat terkait dengan tugas-tugas sekolah atau ujian. Selain itu, individu mungkin merasa sedih secara berlebihan tanpa adanya penyebab yang jelas, yang bisa mengarah pada gejala depresi. Perasaan marah atau mudah tersinggung juga bisa menjadi ciri dari stres akademik, di mana tekanan dari tugas-tugas sekolah atau ekspektasi yang tinggi dapat menyebabkan reaksi emosional yang intens. Penurunan motivasi juga sering terjadi, dimana individu mungkin kehilangan minat untuk belajar atau berpartisipasi dalam kegiatan akademik. Selain itu, kesulitan untuk merasa tenang atau rileks juga bisa menjadi gejala, yang membuat individu sulit untuk mengatasi stres yang mereka alami. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan mencari bantuan yang sesuai untuk mengelola stres akademik secara efektif.

Gejala Perilaku

Gejala perilaku yang muncul akibat stress akademik bisa memberikan gambaran tentang bagaimana stres tersebut memengaruhi aktivitas dan respons seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah prokrastinasi, di mana siswa cenderung menunda-nunda pekerjaan atau tugas akademik yang seharusnya dilakukan. Absen dari sekolah atau kuliah juga bisa menjadi tanda dari stres akademik, ketika seseorang merasa terlalu tertekan atau cemas untuk menghadapi situasi pembelajaran. Selain itu, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang juga bisa menjadi perilaku yang terkait dengan stres akademik, dimana individu mungkin mencari pelarian atau cara untuk mengurangi tekanan yang mereka rasakan. Perilaku makan yang tidak sehat atau kurangnya aktivitas fisik juga bisa menjadi gejala, ketika seseorang mengalami stres yang membuat pola makan dan gaya hidupnya terganggu. Penting untuk mengenali gejala-gejala perilaku ini sebagai tanda bahwa seseorang mungkin mengalami stress akademik yang perlu ditangani dengan serius dan dibantu untuk mengelola dengan baik.

Penanganan Jangka Pendek

Penanganan jangka pendek untuk mengatasi stress akademik dapat dilakukan dengan mengimplementasikan strategi-strategi yang dapat memberikan bantuan segera dalam mengurangi tingkat stres. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan melakukan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk meredakan ketegangan fisik dan emosional yang dirasakan. Selain itu, mengatur waktu istirahat yang cukup dan memastikan pola tidur yang teratur dapat membantu memulihkan energi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Penggunaan teknik manajemen waktu yang efektif, seperti membuat jadwal belajar yang teratur dan memprioritaskan tugas-tugas penting, juga dapat membantu mengurangi beban pikiran dan meningkatkan produktivitas. Mendiskusikan masalah dengan teman atau keluarga yang dipercaya juga bisa memberikan dukungan sosial yang penting dalam menghadapi stres akademik. Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten, individu dapat merasa lebih mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dalam jangka pendek dan meraih kesejahteraan yang lebih baik.

Penanganan Jangka Panjang

Penanganan jangka panjang terhadap stress akademik memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan guna memastikan kesejahteraan siswa secara keseluruhan. Langkah-langkah ini meliputi upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor pemicu stres secara tepat dan menyeluruh, baik dari segi akademis maupun sosial-emosional. Selain itu, penting untuk memperkuat sistem dukungan sosial, seperti melalui konseling individu, kelompok dukungan, atau program pendukung lainnya, yang dapat memberikan siswa platform untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan mendapatkan saran serta dukungan yang diperlukan. Selain itu, upaya pencegahan juga harus diperkuat, termasuk dalam hal promosi kesehatan mental, pengembangan keterampilan manajemen stres, dan pembelajaran sosial-emosional di lingkungan pendidikan. Seluruh stakeholder pendidikan, termasuk guru, orang tua, dan staf sekolah, juga harus terlibat aktif dalam mendukung siswa dalam mengatasi stres akademik mereka. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat merasa didukung secara menyeluruh dalam mengelola stress akademik mereka dan meraih kesejahteraan yang berkelanjutan dalam perjalanan akademis mereka.

Saran dan Kesimpulan

Dalam mengenal stress akademik, penting untuk memahami bahwa hal ini tidak hanya terbatas pada tekanan dari lingkungan belajar, tetapi juga meliputi berbagai faktor seperti tuntutan dari keluarga, interaksi sosial, dan kekhawatiran akan masa depan. Gejala fisik, emosional, dan psikologis yang muncul akibat stres akademik dapat mempengaruhi kesejahteraan siswa secara menyeluruh, mulai dari gangguan tidur hingga penurunan motivasi dan perasaan cemas yang berlebihan. Oleh karena itu, penanganan stress akademik memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, yang melibatkan identifikasi faktor pemicu stres, penguatan sistem dukungan sosial, dan upaya pencegahan yang kuat. Dengan melibatkan seluruh stakeholder pendidikan dan menerapkan strategi yang tepat, diharapkan siswa dapat mengatasi stress akademik dengan lebih efektif dan meraih kesejahteraan yang berkelanjutan dalam perjalanan akademis mereka.

Daftar Pustaka:

Mahfar, Mastura, Fadilah Zaini, and Nor Akmar Nordin. “Analisis faktor penyebab stres di kalangan pelajar,” 2007.

Maryam, Siti. “Strategi Coping: Teori Dan Sumberdayanya.” JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa 1, no. 2 (September 16, 2017): 101. https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.12.

Muslim, Mysha Alesha, Nisa Auliya Rahmawati, and Zahara Mu’tasimah Billah. “FAKTOR PENYEBAB BUNUH DIRI PADA MAHASISWA” 1, no. 2 (2024).

Azmy, Amy Noerul, Achmad Juntika Nurihsan, and Eka Sakti Yudha. “Deskripsi Gejala Stres Akademik dan Kecenderungan Pilihan Strategi Koping Siswa Berbakat.” Indonesian Journal of Educational Counseling 1, no. 2 (July 31, 2017): 197–208. https://doi.org/10.30653/001.201712.14.

Sosiady, Mulia. “ANALISIS DAMPAK STRES AKADEMIK MAHASISWA DALAM PENYELESAIAN TUGAS AKHIR ( SKRIPSI ) STUDI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU DAN UNIVERISTAS INTERNASIONAL BATAM KEPULAUAN RIAU” 11 (2020).

Septiana, Nila Zaimatus. “HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DAN RESILIENSI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR DI MASA PANDEMI COVID-19.” SITTAH: Journal of Primary Education 2, no. 1 (April 30, 2021): 49–64. https://doi.org/10.30762/sittah.v2i1.2915.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *