FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MENJADI PELAKU BULLYING

Ninda Mawarni ninda.mawarni.2301216@students.um.ac.id 

Abstrak pelaku bullying adalah individu yang secara terus-menerus atau berulang kali menggunakan kekuatan, ancaman, atau perilaku agresif lainnya untuk menyakiti, mengintimidasi, atau mendominasi orang lain yang secara relatif lebih lemah atau rentan. Pelaku bullying bisa memiliki berbagai karakteristik dan motivasi. Saat ini, masih banyak siswa yang menjadi pelaku bullying. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka sehingga menjadi pelaku bullying itu sendiri. Menurut Coloroso (2007) menyatakan ada banyak alasan mengapa beberapa siswa menggunakan kecakapan dan bakat untuk menyerang atau melukai orang lain. Para pelaku perundungan memiliki sifat yang sama dalam menyerang orang lain, walaupun gaya dan cara mereka berbeda-beda.

Catatan

Warna ⇒ Menjelaskan tema utama

Warna ⇒ Menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ Menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP1) Faktor Keluarga 

Anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah cenderung akan menjadi pelaku bullying, karena mereka akan melihat dan mempelajari perilaku bullying ketika orang tuanya sedang mengalami konflik. Kemudian, anak tersebut akan menirukannya kepada temannya. Tidak adanya perhatian atau pengabaian dari orang tua selama di rumah menjadi faktor yang dapat menyebabkan anak mencari perhatian di sekolah, dengan menunjukkan kekuasaan kepada teman yang lebih lemah. Ketika orang tua melakukan kekerasan untuk menyelesaikan konflik, anak tersebut terbiasa menerima hukuman fisik dan cenderung tidak memiliki rasa kepedulian dan empati kepada orang lain. 

(RP2) Faktor Teman Sebaya

Faktor ini juga menjadi faktor yang dapat memberikan dampak negatif yang disebabkan oleh teman sebayanya. Dimana dengan kurangnya pengaruh negatif dapat menyebabkan mereka merasa tidak terikat oleh aturan atau norma sosial, yang dapat mendorong mereka untuk mencari cara untuk merasa dihargai dengan melakukan perilaku bullying. Sehingga, ketika anak tersebut melakukan perbuatan bullying, ia akan mendapatkan pengakuan dari kelompoknya jika ia memiliki keberanian dan kekuasaan untuk menindas anak yang lebih lemah. 

(RP3) Faktor Kurangnya Sosial dan Empati

Pada faktor ini, anak yang kurang memiliki keterampilan sosial dan empati akan cenderung lebih rentan menjadi pelaku bullying. Anak akan mencari cara agar mendapat perhatian, sehingga mereka mengambil tindakan yang akan merugikan untuk mendapatkan rasa agar dihormati dan mendominasi. Anak yang kurang memiliki keterampilan sosial dan empati, ketika ia mendapat masalah ia akan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Hal itu yang mendorong mereka menjadi pelaku bullying. 

(RP4) Harga Diri

Harga diri dapat mempengaruhi perilaku bullying. Anak yang memiliki harga diri negatif atau rendah akan menganggap dirinya tidak berharga. Ketika mereka memiliki harga diri yang rendah, maka mereka akan merasa tidak mampu membangun hubungan dengan teman-teman, dan mereka mudah kesal dan marah. Akibatnya anak tersebut akan melakukan perbuatan yang merugikan temannya secara terus menerus.

(RP5) Faktor Kurangnya Mengontrol Diri 

Kurangnya kontrol diri merupakan salah satu faktor signifikan yang berkontribusi pada perilaku bullying. Individu dengan kontrol diri yang rendah cenderung memiliki kesulitan dalam mengelola emosi, mengatur perilaku, dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini dapat membuat mereka lebih mudah tergoda untuk terlibat dalam perilaku agresif dan bullying, terutama ketika mereka merasa frustasi, marah, atau ingin mendapatkan kekuasaan atas orang lain.

(RP6) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi seseorang, terutama pengalaman traumatis seperti pengalaman kekerasan atau pengabaian, dapat berkontribusi pada seseorang menjadi pelaku bullying. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki pengalaman traumatis atau kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan mereka cenderung mengalami kesulitan dalam mengatur emosi dan perilaku mereka. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan mereka menggunakan perilaku agresif, termasuk bullying, sebagai cara untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

(RP7) Upaya Untuk Menanganinya 

Menurut Priyatna (2018) menemukan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh terhadap pelaku bullying antara lain sering terlibat tawuran, risiko cedera dalam perkelahian, melakukan pencurian, meminum alkohol, dan menjadi biang keladi. Ia menyatakan bahwa miliknya suka pergi ke sekolah dan membawa-bawa benda tajam. Membawa senjata, membolos sekolah, dan hal terburuk tentang adalah menjadi penjahat. Menangani siswa pelaku bullying membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa itu sendiri, korban, orang tua, guru, staf sekolah, dan komunitas. Sehingga, bullying dapat dicegah dan diatasi, sehingga semua anak dapat belajar dan berkembang di lingkungan yang aman dan nyaman.

Saran Aku Untuk Dia

Siswa yang menjadi pelaku bullying juga harus diselesaikan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa itu sendiri, korban, orang tua, guru, staf sekolah, dan komunitas. Masalah bullying di sekolah harus ditangani dengan serius. Sehingga tidak memunculkan pelaku-pelaku bullying yang semakin banyak. Dengan menciptakan sekolah yang bebas dari bullying, kita dapat membantu siswa untuk belajar dan berkembang dengan optimal, serta mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Olweus, D. (2010). Understanding and preventing bullying. In M. J. Mayer, R. 

Van Acker, J. E. Lochman, & F. M. Gresham (Eds.),

Cognitive-behavioral interventions for emotional and behavioral

disorders: School-based practice (pp. 353-365). The Guilford Press. 

Suhendar, R. D. (2018). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa di

SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan. 53.

AULIYA, M. (2015). HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU 

AGRESI PADA SISWA SMA NEGERI 1 PADANGAN BOJONEGORO.

Jurnal Penelitian Psikologi.

VALENTINA, L. (2023). HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PERUNDUNGAN SISWA DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG.

Rigby, K., & Slee, P. T. (2008). Interventions to reduce bullying. International Journal of Adolescent Medicine and Health, 20(2), 165-183.

Nuraeni, I. M. (2021). Pemberian Layanan Informasi Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Perundungan Pada Siswa di Sekolah. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *