ORANG TUA PADA BULLYING DI SEKOLAH DAN DUNIA DIGITAL

Reni Dwi Rahayu, reni.dwi.2301216@students.um.ac.id 

Bullying, bagaikan hantu yang menghantui generasi muda di sekolah dan dunia digital. Tak hanya korban yang terluka, pelaku pun terjebak dalam lingkaran setan ini. Di tengah situasi ini, peran orang tua menjadi kunci untuk melawan bullying dan menciptakan ruang aman bagi anak-anak. Di sekolah, bullying masih menjadi momok menakutkan. Anak-anak diintimidasi, diejek, dan bahkan disakiti secara fisik. Orang tua perlu peka terhadap tanda-tanda perubahan perilaku anak, seperti rasa cemas, enggan pergi ke sekolah, atau memar di tubuh. Komunikasi terbuka dengan anak menjadi kunci untuk memahami apa yang mereka alami. 

Dunia digital pun tak luput dari bullying. Komentar kasar, cyberbullying, dan pelecehan online dapat meninggalkan luka mendalam bagi anak-anak. Orang tua perlu mengenalkan dunia digital dengan aman dan bertanggung jawab kepada anak. Ajarkan mereka cara bermedia sosial dengan bijak, hindari membagikan informasi pribadi, dan laporkan konten bullying kepada pihak yang berwenang.

Peran orang tua bukan hanya sebagai pelindung, tapi juga pendidik. Ajarkan anak-anak tentang rasa hormat, empati, dan keberanian untuk melawan bullying. Ajak mereka berdiskusi tentang bullying, jelaskan dampak negatifnya, dan berikan strategi untuk menghadapinya. Kerjasama dengan pihak sekolah dan komunitas juga penting. Dukungan dari guru, konselor, dan teman sebaya dapat membantu anak-anak yang menjadi korban bullying. Orang tua juga perlu terlibat aktif dalam program anti-bullying di sekolah dan komunitas. Mari bersama-sama, orang tua, sekolah, dan komunitas, bahu-membahu melawan bullying. Ciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk belajar, berkembang, dan berkarya tanpa rasa takut. Ingatlah, bullying bukan hanya masalah individu, tapi masalah bersama yang perlu diatasi bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *