Navila Al Husna Ramadhania @navila.al.2301216@students.um.ac.id
Abstrak Mahasiswa adalah target integrasi pelayanan keperawatan karena mereka rentan terhadap ketidakseimbangan keseimbangan tubuh akibat stres dari tugas-tugas akademik. Setiap semester, jumlah mahasiswa yang mengalami stress akademik mengalami peningkatan. Peningkatan tingkat stres akademik dapat mempengaruhi kemampuan akademik yang pada gilirannya memengaruhi indeks prestasi. Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan perilaku negatif pada individu tersebut. Mengelola stress akademik penting untuk mencegah dampak negatif pada kesehatan dan kinerja, dengan mengembangkan strategi coping, menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik, serta mencari dukungan sosial dan profesional.
Apa Itu Stress?
“Stres” memiliki interpretasi yang bervariasi bagi setiap orang. Beberapa menganggapnya sebagai tekanan, desakan, atau respon emosional. Para ahli psikologi juga memiliki beragam definisi tentang stres. Meskipun stres bisa menjadi sumber motivasi yang mengagumkan, namun juga dapat berakibat fatal. Semuanya bergantung pada individu yang mengalaminya.
Stres terjadi disebabkan karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis. Ini merupakan hasil dari berbagai tindakan dan situasi di sekitar yang menghasilkan tuntutan psikologis dan fisik pada seseorang. Stres adalah respons adaptif individu terhadap tekanan atau tuntutan dari luar dan dapat mengakibatkan gangguan fisik, emosional, dan perilaku. Secara psikologis, stres dapat dijelaskan sebagai kondisi internal yang timbul karena kebutuhan psikologis tubuh atau karena situasi eksternal yang menantang, mengancam, menyebabkan perubahan, atau memerlukan upaya pertahanan.
Hubungan Stress dan Akademik
Stres akademik, menurut Kadapatti dan Vijayalaxmi (2012), terjadi ketika situasi stres dan tuntutan akademik melebihi kapasitas adaptasi yang dimiliki oleh individu. Kemampuan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademiknya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal, seperti kebiasaan belajar, dukungan orang tua, tingkat kecerdasan, metode pembelajaran, dan lain-lain. Jika lingkungan belajar tidak mendukung atau kondusif bagi mahasiswa, ini dapat menyebabkan terjadinya stres akademik pada mereka. Stress akademik mempengaruhi kinerja akademis dan memicu perilaku maladaptif serta merusak kualitas hidup. Hubungan antara stress akademik dan efikasi diri akademik adalah negatif, yaitu semakin tinggi stress akademik maka akan semakin rendah efikasi diri akademik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres akademik merupakan hasil dari tuntutan akademik yang melebihi kemampuan adaptasi individu.
Penyebab Mahasiswa Mengalami Stress Akademik
Mahasiswa mengalami stress akademik karena berbagai faktor, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi stressor akademik, seperti tingkatan kehadiran. Stressor akademik dapat berasal dari situasi diluar keseharian individu, seperti adanya situasi yang membuat seseorang merasa tidak nyaman atau kesan negatif dari persepsi dan penilaian tentang stressor akademik. Faktor internal meliputi kondisi keluarga, faktor sekolah/perguruan tinggi, dan interaksi antara guru dan siswa. Kondisi yang dialami keluarga juga akan mempengaruhi stres akademik individu.
Faktor sekolah/perguruan tinggi meliputi academic pressures, seperti tekanan, konflik, dan perubahan, juga dapat memengaruhi stres akademik individu. Faktor yang paling mempengaruhi stres akademik mahasiswa adalah tingkat motivasi mereka dalam mengejar tujuan akademis. Penyebabnya adalah karena motivasi memainkan peran krusial dalam menentukan kinerja dan pencapaian akademis seseorang. Ketika motivasi rendah, individu akan menghadapi kesulitan dalam mencapai tingkat keterlibatan akademik yang diinginkan, sehingga meningkatkan risiko stres akademik yang lebih tinggi.
Bagaimana Cara Mengetahui Mahasiswa Sedang Mengalami Stress Akademik?
Umumnya, mahasiswa mengalami tingkat stres yang moderat karena berbagai faktor seperti beban tugas yang berat, tuntutan proyek kelompok, ekspektasi dan tekanan dari orang tua, serta perubahan pola belajar. Studi yang dilakukan oleh Giyarto pada tahun 2018 menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami gejala stres akademik berupa kecemasan, gangguan pencernaan, nyeri leher atau bahu, serta migrain. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam memusatkan perhatian dan merasa sulit untuk menenangkan diri karena terus-menerus mengkhawatirkan masalah yang mereka hadapi. Untuk mengetahui apakah seorang mahasiswa mengalami stres akademik, dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
- Perilaku dan Emosi Mahasiswa: Mahasiswa yang mengalami stres akademik cenderung menunjukkan perilaku dan emosi negatif seperti kesulitan mengendalikan pikiran, kelelahan, kebosanan, masalah dalam manajemen waktu dan diri, serta kesulitan dalam mengatur tingkat keterlibatan akademik.
- Kondisi Fisik Mahasiswa: Mahasiswa yang sedang stres akademik akan menunjukkan tanda-tanda kondisi fisik yang tidak sehat, seperti kelemahan, kekurangan energi, kelelahan berlebihan, dan kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi.
- Komunikasi Langsung dengan Mahasiswa: Mahasiswa yang mengalami stres akademik mungkin akan menyebutkan faktor-faktor yang memicu stres, seperti kekurangan motivasi, tekanan menjelang ujian, kesulitan dalam manajemen waktu, dan pengaruh negatif dari teman sebaya.
- Fasilitasi Komunikasi dan Berbagi Pendapat: Memfasilitasi mahasiswa untuk berbagi pengalaman dan komunikasi akan membuat mereka lebih terbuka dalam menyebutkan masalah yang mereka hadapi dan menerima saran serta bantuan dari pihak lain.
- Saran dan Bantuan: Mahasiswa yang mengalami stres akademik akan lebih menerima saran dan bantuan dari sumber lain, termasuk keluarga, teman dekat, dan lembaga pendidikan.
Konsekuensi Jangka Pendek
Stres akademik memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental dan fisik mahasiswa karena berbagai alasan. Pertama, tekanan akademik membuat mahasiswa merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas, menghadiri kuliah, dan menuntaskan proyek akhir. Faktor motivasi seperti ketidakpuasan belajar, kurangnya kepercayaan diri, dan sikap negatif juga dapat memperburuk stres akademik. Selain itu, emosi negatif seperti ketakutan, kesedihan, dan kemarahan seringkali muncul sebagai respons terhadap stres akademik. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres akademik guna mencegah dampak negatifnya terhadap kesejahteraan mahasiswa secara keseluruhan.
Stres akademik bisa memiliki dampak signifikan yang bersifat jangka pendek pada individu, baik secara mental maupun fisik. Secara mental, hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam berkonsentrasi dan belajar, kecemasan, depresi, kurangnya motivasi, fluktuasi mood, serta penurunan kepercayaan diri. Di sisi lain, secara fisik, stres akademik dapat menyebabkan gangguan tidur, sakit kepala, masalah pencernaan, kelelahan, melemahnya sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan risiko terkena penyakit. Perlu dicatat bahwa setiap individu dapat mengalami stres akademik dengan cara yang berbeda.
Konsekuensi Jangka Panjang
Stres akademik yang tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan mental, fisik, dan emosional individu. Hal ini mencakup kesulitan dalam mengelola stres dengan cara yang efektif, menurunnya kinerja akademis karena kelelahan dan kehilangan motivasi, serta risiko kesehatan mental yang meningkat. Secara mental, stres akademik yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan depresi dan kecemasan kronis, serta berkontribusi pada gangguan mental seperti OCD, PTSD, dan ADHD, serta mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.
Selain itu, individu juga dapat mengembangkan ketergantungan pada obat-obatan, mengalami keterbatasan dalam pengembangan kemampuan dan kebiasaan sehat, serta menghadapi kesulitan dalam mengembangkan dukungan sosial, Dari segi fisik, stres akademik dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung, melemahkan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan masalah pencernaan, dan gangguan tidur. Sementara secara emosional dan sosial, stres akademik dapat merendahkan rasa percaya diri, menghambat pencapaian tujuan, memengaruhi hubungan interpersonal, dan menyebabkan isolasi sosial. Ini semua dapat berdampak pada kesejahteraan fisik, mental, dan emosional individu secara jangka panjang.
Penanganan Tepat Bagi Mahasiswa yang Mengalami Stress Akademik
Penanganan untuk stress akademik meliputi beberapa strategi yang dapat membantu individu mengelola stres akademik secara efektif. Berikut beberapa contoh strategi yang dapat dilakukan:
- Strategi Coping
Strategi coping adalah cara yang digunakan individu untuk mengatasi stres dan tekanan yang timbul dari berbagai situasi. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Bowman dan Stern, 1995), secara umum, strategi coping dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Strategi coping yang berfokus pada masalah melibatkan menghadapi stres secara langsung dan mengambil langkah konkret untuk mengatasi penyebabnya, seperti mencari bantuan konseling atau menetapkan batasan pada diri sendiri. Di sisi lain, strategi coping yang berfokus pada emosi melibatkan mengalihkan fokus dari masalah yang memicu stres dan lebih memusatkan perhatian pada pengendalian emosi, misalnya dengan melakukan yoga atau meditasi. Strategi-strategi ini dapat membantu individu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta kinerja akademis.
- Reframing
Reframing adalah suatu proses di mana kita mengubah cara kita melihat atau memahami suatu situasi atau peristiwa agar menjadi lebih positif. Proses ini tidak hanya mengubah pola pikir kita, tetapi juga merupakan perjalanan batin yang membawa kita dari pikiran negatif menuju pemahaman yang lebih terang dan penuh makna. Melalui reframing, kita dapat melihat peluang di tengah kesulitan, mengubah kegagalan menjadi langkah menuju kesuksesan, dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.
- Pengaturan Prioritas
Mengatur prioritas adalah kunci dalam mengatasi stres akademik. Mahasiswa harus memprioritaskan tugas penting dan membatasi waktu pengerjaannya. Perhitungkan sumber daya yang dimiliki dan atur waktu dengan cermat. Pengaturan prioritas dalam menghadapi stress akademik melibatkan beberapa langkah efektif untuk mengelola stres dan meningkatkan kinerja akademis. Langkah-langkah tersebut mencakup mengidentifikasi sumber stres, mengatur prioritas tugas, mengembangkan strategi coping, mempraktikkan kebiasaan hidup sehat, mengelola waktu dengan baik, mengelola emosi, dan mengembangkan kemampuan koping. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, individu dapat secara efektif mengelola stres akademik dan meningkatkan kinerja akademis serta kesehatan mental dan fisik mereka.
Saran dan Kesimpulan
Stres akademik merupakan masalah umum di kalangan mahasiswa yang dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik serta performa akademis mereka. Langkah pertama adalah memahami sumber dan tanda-tanda stres, seperti beban tugas dan tekanan dari lingkungan sekitar. Kemudian, terapkan strategi coping, manajemen waktu, dan prioritaskan tugas. Jaga kesehatan fisik dan mental dengan olahraga, makan sehat, dan istirahat yang cukup. Bangun jaringan dukungan dengan berbicara kepada orang terdekat atau profesional jika diperlukan. Dengan memahami dan mengatasi stres akademik, mahasiswa dapat meningkatkan performa akademis dan menjaga kesehatan mereka.
Daftar Pustaka:
Purnama, Rahmad. “PENYELESAIAN STRESS MELALUI COPING SPIRITUAL,” n.d.