Apa yang Dimaksud Dengan Lempah Kuning ? Mengapa Lempah Kuning Menjadi Kuliner yang Memiliki Cita Rasa Khas dan Warisan Kuliner di Bangka Belitung ?

Zharifah Maulidina

zharifahmaulidina@gmail.com

Abstrak Pulau Bangka Belitung, sebagai destinasi pariwisata yang menarik, menawarkan pengalaman yang beragam bagi para wisatawan. Pulau ini tidak hanya memperkenalkan kekayaan sejarahnya yang memukau, tetapi juga menggali potensi ekonomi melalui berbagai aktivitas ekowisata dan agrowisata. Selain itu, keindahan alam Pulau Bangka Belitung yang memesona juga memberikan pengalaman yang tak terlupakan, sementara kuliner khas daerah ini akan memanjakan lidah para pengunjung dengan cita rasa yang unik dan autentik. Pulau Bangka Belitung dengan segala daya tariknya menjadi destinasi yang sempurna bagi wisatawan yang ingin menyelami jejak sejarah, menggali potensi ekonomi, serta merasakan keindahan alam dan kuliner yang memikat.

Catatan
Warna ⇒ menjelaskan tema utama

Warna ⇒ menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP 1)  Asal Usul Nama Bangka

Berikut adalah penamaan Pulau bangka:

  1. Mo-Ho-Hsin 

Asal-muasal nama Bangka dicetuskan oleh I-Tsing yaitu Mo-Ho-Hsin, yang berada di Kota Kapur, tetangga Sriwijaya. Kota Kapur ini terletak di pantai Selat Bangka, yang berhadapan dengan delta sungai Musi. Kata “Moho” merupakan kata Sansekerta yaitu moha yang memiliki arti “bingung” atau “linglung”. Oleh karena itu, kata bangka dikaitkan dengan istilah tua bangka yang berarti orang yang sudah tua dan linglung. 

  1. Vanka, Wangka 

Bangka dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata wangka (vanca) yang berarti “timah”, dikarenakan Bangka memang kaya akan timah. Sementara Nama “Wangka” muncul bersama dengan nama “Suwarnabhumi” pada buku sastra India Milindrapantha. Swarnabhumi diidentifikasikan sebagai Pulau Sumatra, maka kuat prediksi bahwa “Wangka” adalah Pulau Bangka. Selain itu, pada buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara karya Loius-Charles Damais, Bangka berasal dari kata wangka (vanca). 

  1. Bangkai 

Pada masa Dinasti Ming (1368-1643) Pulau Bangka disebut Ma-Yi-dong atau Ma-yi-Tung. Istilah ini merupakan julukan pedagang Arab terhadap Pulau Bangka. Kata itu berasal dari kata mayit. Yaitu “bangkai” kapal yang pecah atau kandas karena karang. 

  1. Wangkang 

Pulau Bangka berasal dari kata wangkang yang berarti kapal milik Tiongkok, yang banyak tenggelam dan pecah di sekitar Pulau Bangka.

(RP 2) Pengertian Kuliner

Kuliner adalah salah satu dari potensi kekayaan bangsa Indonesia, khususnya kuliner tradisional. Secara harfiah, kuliner adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan masakan, makanan, dan minuman. Istilah kuliner ini berasal dari kata bahasa Perancis yaitu “cuisine”, yang memiliki arti seni atau praktik memasak atau memasak sebagai profesi. Oleh karena itu, secara harfiah, kuliner adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan proses memasak, menyajikan, dan mengonsumsi makanan dan minuman.

Kuliner tradisional sendiri memiliki arti yaitu merupakan makanan, minuman ataupun masakan yang menjadi warisan leluhur atau budaya nenek moyang dari suatu daerah yang terus diwariskan secara turun temurun hingga sekarang . Kuliner tradisional memiliki ciri khas masing – masing dari sebuah daerah yang ada di pulau nusantara dimana bahan yang digunakan pada proses memasak masih secara tradisional, kuliner tradisional ini sudah sejak  lama berkembang secara spesifik atau khusus di daerah – daerah lokal dan kuliner tradisional terus diolah dari resep yang telah diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang kita dan terus menggunakan sumber bahan lokal yang ada di daerah setempat. Selain menggunakan bahan – bahan lokal teknik memasak yang diturunkan dari nenek moyang pun mencerminkan sejarah, geografi, dan nilai-nilai budaya daerah tersebut yang menjadi identitas daerah tersebut.

(RP 3) Sejarah Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibentuk pada 9 Februari 2001 dan merupakan Provinsi yang ke-31 di Indonesia. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lahir berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 2000 yang merupakan jawaban dan hasil nyata perjuangan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yang telah lama menginginkan untuk berdiri sebagai Provinsi sendiri, dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan. Pada awalnya Bangka Belitung hanya daerah yang berstatus Kabupaten dengan beberapa Kecamatan. 

Kepulauan Bangka Belitung dikuasai Belanda pada tahun 1816, yang menjadi tahun awal Karesidenan Bangka Belitung. Pada 1946 pemerintahan Belanda membentuk Dewan Bangka Sementara (Voolopige Bangka Raad), selanjutnya bergabung dengan Dewan Riau dan Dewan Belitung dalam satu Federasi Bangka Belitung Riau (Babiri) pada tahun 1948. Pada saat Negara Federal dibubarkan akhirnya Bangka Belitung dikembalikan kepada NKRI pada Tahun 1950. Selanjutnya Bangka Belitung diserahkan kembali kepada Gubernur Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung pada waktu itu telah menjadi Kabupaten dengan 5 Kewedanaan dan 13 Kecamatan di bawah Provinsi Sumatera Selatan berikut dengan Keresidenan Lampung, Bengkulu dan Jambi yang tertuang dalam Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 156. LN 1956/tln 1091 (Dikbud, 2004:4). 

Karesidenan Bangka Belitung dihapus dan dimasukkan Pemerintah ke dalam Provinsi Sumatera Selatan dengan 14 Kabupaten lain di Sumatera bagian selatan pada tahun 1956. Sejak hari itu timbul semangat masyarakat Bangka Belitung untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi. Akan tetapi perjuangan untuk membentuk Provinsi tidak berjalan lancar.

Selain itu, perjuangan untuk membentuk Provinsi ini dikendalikan  oleh elit politik. Meskipun perjuangan masyarakat gagal, tetapi tetap berjuang, sehingga keinginan untuk membangun Provinsi tercapai. Tahun 2000 diterbitkanlah Undang-Undang No. 27, tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dan akhirnya Provinsi Bangka Belitung berhasil diresmikan pada 9 Februari 2001, dan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kota Pangkalpinang . 

(RP 4) Geografis Bangka Belitung

Pulau Bangka Belitung adalah dua pulau bagian wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, selain pulau-pulau kecil yang lain. Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas yaitu: bagian Barat dengan Selat Bangka, Timur dengan Selat Karimata, Utara dengan Laut Natuna, dan Selatan dengan Laut Jawa. 

(RP 5) Potensi Ekonomi Bangka Belitung

Bangka Belitung merupakan pulau yang dikelilingi oleh lautan, oleh karena itu masyarakat Bangka Belitung sering mengkonsumsi atau mengolah makanan dari hasil laut. Pulau Bangka Belitung adalah salah satu pulau penghasil timah terbesar di Indonesia yang telah dieksplorasi semenjak ratusan tahun lampau (Triswiyana et al., 2019). Bangka Belitung sudah memulai mengembangkan sektor pariwisata dengan menunjukkan keindahan alamnya. 

(RP 6) Budaya dan Masyarakat

Pulau Bangka memiliki keberagaman etnis pada penduduknya, yaitu Etnis Tionghoa dan Melayu. Komposisi penduduk etnis yaitu Melayu 69 persen dan Tionghoa 11 persen. Kedua etnis ini saling berbaur dan menerima kebudayaan masing-masing. Keakraban antar budaya Etnis Tionghoa dan Melayu, terlihat pada pakaian pengantin perempuan dalam pernikahan Melayu Bangka dengan dominasi warna merah dan emas yang mirip dengan pengantin Tionghoa. Selain itu, sejumlah kuliner Bangka membuktikan adanya keakraban antara kedua etnis ini contohnya Martabak manis (Hok Lopan) salah satu jenis kue budaya Tiongkok.

(RP 7) Ibu Kota Bangka Belitung

Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Pangkalpinang. Secara geografis, terletak di Bagian Timur Pulau Bangka pada koordinat 106˚4’ sampai 106˚7 Bujur Timur dan 2˚4’ sampai 2˚10’ Lintang Selatan (RPJMD Kota Pangkalpinang, 2008). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2007, luas wilayah Kota Pangkalpinang menjadi 118,4 Km2 dengan batas wilayah pemekaran meliputi: 

• Pada Bagian Utara, Pangkalpinang berbatasan dengan Desa Pagarawan Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka; 

• Bagian Selatan, Pangkalpinang berbatasan dengan Desa Dul Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah. 

• Bagian Timur, Pangkalpinang berbatasan dengan Laut Cina Selatan. 

• Dan bagian Barat berbatasan dengan Desa Air Duren Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. 

Daftar Pustaka 

Tavika, Harlina Evi Susanti Sri, and Akbar Al Masjid. “Makanan Tradisional Masyarakat Bangka Belitung Lempah Kuning.” Jurnal Dinamika Sosial Budaya 23.2 (2022): 338-343.

Nuraini, N. (2007). Sejarah terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.

Abimayu, Y., & Srinindiati, D. (2019). SEJARAH TERBENTUKNYA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (PANGKAL PINANG) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 5(2), 112-117.

Sya, M., Marta, R. F., & Sadono, T. P. (2019). Tinjauan historis simbol harmonisasi antara etnis Tionghoa dan Melayu di Bangka Belitung. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 4(2), 153-168.

Swastiwi, A. W., Nugraha, S. A., & Purnomo, H. (2017). Lintas sejarah perdagangan timah di Bangka Belitung abad 19-20.

Ferdiana, F., & Ferianda, A. (2020). Simbolisme Lempah Kuning Sebagai Daya Tarik Wisata Gastronomi Kabupaten Bangka. Studia Komunika: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 4-9.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *