DUNIA PENDIDIKAN ADA SILENT MAJORITY ?

Henry Praherdhiono, henry.praherdhiono.fip@um.ac.id

Abstrak Keberadaan mengenai silent majority terkuak karena adanya pemilu di Indonesia tahun 2024. Sebenarnya Silent Majority telah ada sebelumnya dan telah mengakar di luar dunia politik. Kehidupan Silent Majority yang benar-benar tertutup menyebabkan keberadaan komunitas ini benar-benar tersembunyi. Silent majority yang selama ini dianggap tidak pernah ada, menjadi pukulan telak bagi masyarakat konvensional. Silent majority yang memiliki jumlah mayoritas telah memberi dampak pada dunia pendidikan, Sosial dan Kebijakan Publik, Bisnis dan Pemasaran, Media dan Komunikasi, Seni dan Budaya, dan masih banyak dunia lainnya. Catatan penting bagi kita adalah Silent Majority telah ada namun keberadaan mereka tidak jelas

Dimana Saja Dia Selama Ini

Kemenangan Silent Majority dalam Dunia Politik merupakan Fenomena yang Kompleks. Istilah “Silent Majority” mengacu pada kelompok masyarakat yang mayoritas namun tidak secara vokal menyuarakan pendapat atau terlibat aktif dalam politik (Taufani, 2018). Meskipun sering dianggap sebagai kelompok yang homogen, Silent Majority sebenarnya terdiri dari berbagai individu dengan latar belakang, nilai, dan keyakinan yang berbeda-beda. Istilah “Silent Majority” (mayoritas diam) kembali mencuat dalam ranah politik dan pemilu Indonesia pasca Quick Count Pemilu 2024. Fenomena ini mengacu pada kelompok masyarakat yang tidak secara terbuka mengungkapkan pilihan politik mereka, namun suaranya signifikan dalam menentukan hasil pemilu.

Silent Majority telah menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam dunia selain politik. Hal ini dibuktikan beberapa kemenangan “Silent Majority” dalam berbagai pemilu dan referendum di berbagai negara. “Silent Majority” menunjukkan kekuatan politik yang tidak boleh diabaikan. Pengaruh Silent Majority tidak hanya terbatas pada ranah politik dan pemilihan umum. Mereka turut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial dan membentuk dunia di sekitar kita. 

Dia di Dunia Pendidikan

  • “Silent Majority” juga berada dalam Kurikulum dan Pedagogi (Arif, 2012). Pengalaman dan kebutuhan Silent Majority dalam pendidikan dapat menjadi landasan pengembangan kurikulum dan pendekatan pedagogi yang lebih inklusif dan efektif. 
  • “Silent Majority” berada dalam dunia Pelatihan dan Pengembangan Profesi Guru: Memahami gaya belajar dan tantangan yang dihadapi Silent Majority dapat membantu membekali guru dengan keterampilan dan strategi yang diperlukan untuk mendukung kelompok “Silent Majority” secara efektif. 
  • “Silent Majority” memberikan dampak kepada Budaya dan Iklim Sekolah: Menciptakan lingkungan sekolah yang ramah, saling menghormati, dan inklusif untuk semua siswa, termasuk Silent Majority, sangat penting untuk keberhasilan akademis dan kesejahteraan mereka.

Dia di Dunia Isu Sosial dan Kebijakan Publik

  • “Silent Majority” telah menguatkan Diskriminasi dan Prasangka (Hanifah, n.d.) Pengalaman Silent Majority dengan diskriminasi dan prasangka dapat menjadi masukan untuk kebijakan dan inisiatif yang bertujuan memerangi isu tersebut serta mendorong kesetaraan dan inklusi.
  • “Silent Majority” berdampak pada Keadilan Sosial dan Kesetaraan: Memahami perspektif Silent Majority tentang isu keadilan sosial dan kesetaraan dapat membantu membentuk kebijakan yang mengatasi ketidaksetaraan sistemik dan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil.
  • “Silent Majority” menguatkan Pembangunan Komunitas dan Keterlibatan Publik: Suara dan kontribusi Silent Majority dapat dimasukkan ke dalam upaya pembangunan komunitas dan keterlibatan publik untuk memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi mereka dipertimbangkan.

Dia telah Hadir di Dunia Bisnis dan Pemasaran

  • “Silent Majority” mendongkrak Pengembangan Produk dan Strategi Pemasaran: Memahami preferensi, kebutuhan, dan perilaku pembelian Silent Majority dapat membantu bisnis mengembangkan produk dan strategi pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar ini.
  • “Silent Majority” mempengaruhi Layanan Pelanggan dan Komunikasi: Menyesuaikan pendekatan layanan pelanggan dan strategi komunikasi dengan preferensi Silent Majority dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas mereka.
  • “Silent Majority” menguatkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Keberlanjutan: Melibatkan perspektif Silent Majority ke dalam inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan dan keberlanjutan dapat memastikan bahwa upaya ini benar-benar inklusif dan berdampak.

Dia juga berada di Dunia Media dan Komunikasi

  • “Silent Majority” menaikkan Representasi Media dan Penceritaan (KHOMSAH, n.d.) Pengalaman dan narasi Silent Majority harus tercermin dalam konten media dan penceritaan untuk mendorong pemahaman dan representasi yang lebih baik dari kelompok ini.
  • “Silent Majority” memberikan penguatan Wacana Publik dan Keterlibatan Media Sosial: Mendorong Silent Majority untuk berpartisipasi dalam wacana publik dan keterlibatan media sosial dapat mendorong perspektif yang lebih inklusif dan beragam di ruang-ruang ini.
  • “Silent Majority” hadir untuk Literasi Media dan Berpikir Kritis: Memberdayakan Silent Majority dengan literasi media dan keterampilan berpikir kritis dapat membantu mereka menavigasi lanskap media secara efektif dan membuat keputusan yang tepat.

Dia juga ikuti dunia Seni dan Budaya

  • “Silent Majority” memiliki Ekspresi Artistik dan Penceritaan: Pengalaman dan perspektif Silent Majority dapat menjadi inspirasi untuk ekspresi artistik dan penceritaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan empati dan pemahaman.
  • “Silent Majority” mengikuti Pelestarian dan Revitalisasi Budaya (Dianto, 2021): Tradisi dan praktik budaya unik Silent Majority harus dihargai, dilestarikan, dan dihidupkan kembali untuk memperkaya warisan budaya masyarakat.
  • “Silent Majority” juga aktif dalam Aksesibilitas dan Inklusi Seni: Memastikan bahwa pengalaman seni dan budaya dapat diakses dan inklusif untuk Silent Majority dapat mendorong partisipasi dan keterlibatan mereka dalam domain ini.

Mengapa Kita harus Perhatikan Dia

Dengan mengenali dan memahami pengaruh Silent Majority, kita dapat berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan responsif yang menghargai suara dan kontribusi semua individu. Namun, penting untuk dicatat bahwa kemenangan Silent Majority bukanlah fenomena yang sederhana atau mudah dijelaskan. Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kebangkitan mereka, termasuk:

  • “Silent Majority” dalam lingkaran kekecewaan terhadap politik tradisional (Margiansyah, 2019): Banyak orang di Silent Majority merasa kecewa dengan politisi dan partai politik tradisional. Mereka merasa bahwa politisi tidak lagi mewakili kepentingan mereka dan bahwa sistem politik saat ini tidak berfungsi dengan baik.
  • “Silent Majority” ikut andil dalam ketidakpercayaan terhadap media: Silent Majority sering kali tidak mempercayai media arus utama, yang mereka anggap bias dan tidak objektif. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber alternatif, seperti media sosial dan situs web berita online.
  • “Silent Majority” menjadi kebangkitan populisme: Kebangkitan populisme di banyak negara telah memobilisasi Silent Majority, yang sering kali tertarik pada pesan nasionalis, anti-imigrasi, dan proteksionis.
  • “Silent Majority” penguasa media sosial: Media sosial telah memberikan platform bagi Silent Majority untuk terhubung satu sama lain dan menyebarkan pesan mereka. Hal ini telah membantu mereka untuk lebih terorganisir dan lebih efektif dalam mempengaruhi politik.

Peristiwa yang tidak bisa kita pungkiri adalah kemenangan Silent Majority pada pemilu 2024. Fenomena tersebut memiliki konsekuensi yang signifikan bagi dunia politik. Hal ini dapat menyebabkan pergeseran kebijakan yang signifikan, serta perubahan dalam cara pemerintah dan politisi beroperasi. Penting untuk dicatat bahwa kebangkitan Silent Majority juga menimbulkan kekhawatiran. Para kritikus memperingatkan bahwa mereka dapat rentan terhadap manipulasi oleh politisi populis dan demagog. Mereka juga khawatir bahwa kemenangan Silent Majority dapat menyebabkan polarisasi politik yang lebih besar dan erosi nilai-nilai demokrasi.

Saran aku untuk Dia

Kita perlu mencatat beberapa poin, meskipun Silent Majority telah menunjukkan kekuatan politiknya, masa depan mereka masih belum pasti. Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab, seperti bagaimana mereka akan terus berorganisasi dan bagaimana mereka akan berinteraksi dengan sistem politik tradisional. Kemenangan Silent Majority dalam dunia politik adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai faktor yang berkontribusi. Hal ini memiliki konsekuensi yang signifikan bagi masa depan politik dan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampak negatifnya. Penting untuk terus mempelajari dan memahami Silent Majority agar dapat lebih memahami dan menanggapi pengaruh mereka dalam politik.

Catatan

  1. Jumlah Rancangan Paragraf (RP) Minimal 6
  2. Jumlah sitasi (rujukan) minimal 6 dan diatas tahun 2000

Daftar Pustaka

Arif, M. (2012). Pendidikan Agama Islam Inklusifmultikultural. Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 1–18.

Dianto, I. (2021). Moderasi Beragama melalui Film Animasi: Peluang dan Tantangan pada Generasi Digital. Nalar: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 5(2), 93–108.

Hanifah, S. (n.d.). Gerakan Sosial Baru Dan Nasionalisme (Studi Atas Fenomena Gerakan 1.000 Lilin Dalam Kasus Penistaan Agama Oleh Basuki Tjahaja Purnama Di Balai Kota, DKI Jakarta Tahun 2017). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif ….

KHOMSAH, S. (n.d.). REPRESENTASI NILAI KEPAHLAWANAN TOKOH JALESWARI.

Margiansyah, D. (2019). Populisme di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019. Jurnal Penelitian Politik, 16(1), 47–68.

Taufani, T. (2018). Pemikiran Pluralisme Gusdur. Jurnal Dakwah Tabligh, 19(2), 198-217-198–217.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *