Karina Agustia karina.agustia.2301216@students.um.ac.id
Abstrak Retardasi Mental (RM) seringkali dikaitkan erat dengan stigma dan kesulitan mengakses layanan kesehatan mental. Artikel ini mengkaji dampak stigma pada penderita RM dan tantangan dalam mencari perawatan kesehatan mental yang tepat. Kami akan membahas strategi untuk melawan stigma yang terkait dengan RM, termasuk pendidikan publik, advokasi, dan kesadaran. Selain itu, kami membahas pentingnya meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan mental bagi pasien RM, termasuk mengintegrasikan layanan kesehatan mental ke dalam layanan kesehatan primer. Pendekatan holistik dan integratif bertujuan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental bagi penderita RM.
Pendahuluan:
Retardasi mental (RM) merupakan kondisi yang sering disalahpahami dan tabu di masyarakat. Penderita RM sering kali menghadapi stigma dan diskriminasi, sehingga tidak menerima layanan kesehatan mental yang mereka perlukan. Artikel ini mengkaji dampak stigma terhadap kesehatan mental penderita RM dan upaya meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan.
Dampak stigma terhadap penyandang disabilitas intelektual
Stigma terhadap RM dapat mengakibatkan isolasi sosial, rendahnya harga diri, dan penolakan di masyarakat. Orang dengan RM sering dianggap “aneh” atau “tidak normal” dan mengalami kesulitan berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial dan menerima perawatan kesehatan mental yang tepat.
Tantangan dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental
Tantangan utama dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental bagi pasien RM meliputi kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan mereka, kurangnya sumber daya yang tersedia, dan layanan kesehatan mental institusi Kesehatan yaitu Sistem medis. Selain itu, stigma yang terkait dengan RM juga dapat menjadi penghalang bagi individu untuk mencari bantuan.
Strategi mengatasi stigma dan meningkatkan akses terhadap layanan Kesehatan
Mengatasi stigma terhadap RM memerlukan upaya yang mencakup pendidikan, advokasi, dan kesadaran masyarakat. Melalui kampanye edukasi yang komprehensif, masyarakat dapat lebih memahami RM dan belajar memperlakukan pengidap RM dengan rasa hormat dan empati. Selain itu, mengintegrasikan layanan kesehatan mental ke dalam sistem layanan kesehatan primer dapat memastikan bahwa pasien RM menerima perawatan yang komprehensif dan terkoordinasi.
Kesimpulan
Stigma terhadap RM dan sulitnya mengakses layanan kesehatan mental merupakan permasalahan yang kompleks dan serius. Dengan bekerja sama, berbagai pihak, termasuk pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat, dapat mengatasi stigma dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental bagi penderita RM. Dengan cara ini, mereka mempunyai kesempatan untuk hidup mandiri dan bermakna dalam masyarakat.
Daftar Pustaka
Larkin, E., & Dempsey, M. (2013). Stigma, Youth, and Mental Illness. London, UK: Palgrave Macmillan.
NAMI. (2020). Mental Health By the Numbers. Retrieved from https://www.nami.org/mhstats.
National Alliance on Mental Illness. (2019). Mental Health Conditions: Intellectual and Developmental Disabilities. Retrieved from https://www.nami.org/learn-more/mental-health-conditions/intellectual-and-developmental-disabilities.
Perlick, D. A., Nelson, A. H., Mattias, K., Selzer, J., Kalvin, C., Wilber, C. H., & Huntington, B. (2019). In Our Own Voice—Family Companion: Reducing Self-Stigma of Family Members of Persons with Serious Mental Illness. Psychiatric Services, 70(2), 222–225.
Reiss, S., & Benson, B. A. (2018). Psychopathology and Intellectual Disability: The Diagnosis and Treatment of Developmental Disorders. New York, NY: Springer Publishing Company.