Melestarikan Kearifan Lokal di Era Digital: Tantangan dan Peluang bagi Mahasiswa

Zahra Aniqotul Maziyah

zahra.aniqotul.2301216@students.um.ac.id

Abstrak : Era digital membawa dinamika baru dalam kehidupan sosial dan budaya. Di satu sisi, era digital membuka peluang besar bagi pelestarian dan pengembangan budaya. Di sisi lain, era digital juga menghadirkan tantangan bagi budaya. Sebagai mahasiswa, kita memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya di era digital dengan memanfaatkan peluang yang ada serta meminimalisir tantangan-tantangan yang mungkin terjadi.

Catatan

Warna ⇒ menjelaskan tema utama

Warna ⇒ menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP1) Globalisasi dan Westernisasi

Kebudayaan   bersifat   dinamis   dan   dapat tumbuh    dan berkembang    seiring    dengan perubahan zaman karena kebudayaan dibangun dan  dibangun  kembali  oleh  manusia. Namun demikian, ada budaya yang tidak dapat diubah. Koentjaraningrat mengklasifikasikan kebudayaan menjadi dua kategori: kebudayaan fisik dan non-fisik (Koentjaraningrat 1982). Contoh produk budaya yang dapat diubah adalah candi dan prasasti. Karena budaya non fisik selalu berubah dan dapat berubah dari waktu ke waktu, budaya non fisik terdiri dari gagasan dan aktivitas manusia yang selalu berubah, terbuka terhadap perubahan dan adaptasi dengan perkembangan zaman. Budaya non fisik juga terdiri dari gagasan, seperti nilai, norma, tarian, dan pesan moral. Globalisasi sangat terkait dengan budaya non fisik. Oleh karena itu, pengertian Kebudayaan populer banyak berkaitan  dengan masalah  keseharian  yang  dapat  dinikmati  oleh semua  orang  atau  kalangan  orang tertentu seperti  pementasan  mega bintang,  kendaraan pribadi, fesyen, model rumah, perawatan tubuh dan semacamnya (Purwanti 2013). Selain mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, pertumbuhan globalisasi juga mempengaruhi perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, dari akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21, globalisasi telah mendapat banyak perhatian. Globalisasi membuat batas geografis negara menjadi tidak jelas, mengancam eksistensi budaya karena budaya lain dapat dengan mudah menyerbu kehidupan suatu negara. Pengaruh globalisasi terhadap difusi budaya semakin terlihat seiring dengan kemajuan teknologi informasi; dengan demikian, difusi budaya tidak perlu lagi melalui migrasi tetapi dapat berlangsung. Karena hampir semua orang terkoneksi ke internet, penyerapan budaya menjadi lebih mudah. Di era globalisasi, media berperan sebagai agen difusi budaya massa dengan menjadi jembatan antara agen dan konsumen. Media berperan sebagai saluran yang berpengaruh dalam penyebaran budaya di seluruh dunia, yang secara langsung mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai konsumen budaya. Semakin banyak orang yang menjadi konsumen budaya baru, semakin besar kemungkinan masyarakat tersebut mengalami perubahan budaya juga. Hasil penelitian para ahli menyatakan bahwa media sering digunakan untuk perubahan sosial (Li, 2004). Dalam budaya, globalisasi selalu dikaitkan dengan dominasi negara-negara barat, juga dikenal sebagai “westernisasi.” Kedua istilah ini sangat erat terkait karena globalisasi itu sendiri merupakan proses atau strategi negara-negara barat untuk memperluas produk dan pengaruhnya, termasuk pengaruhnya terhadap budaya. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa salah satu hasil globalisasi adalah westernisasi. Menurut Antony Black (2006), Westernisasi dimulai pada tahun 1800-an. Namun di era  globalisasi  yang  didominasi  budaya  Barat, muncul    fenomena    baru    yaitu    Hallyu atau gelombang Korea sebagai   bentuk globalisasi budaya versi Asia (Valentinda&Istriyani, 2013).

Pola rambat gelombang Korea mirip dengan westernisasi dalam berbagai aspek budaya populer, termasuk film, acara televisi, musik pop, gaya, dan bahkan bahasa, makanan, dan teknologi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat ini ada dua budaya yang mendominasi dunia: Korean wave yang menggambarkan nilai-nilai budaya Korea Selatan dan Westernisasi yang menggambarkan nilai-nilai budaya Barat. Tidak dapat dipungkiri bahwa unsur-unsur budaya Barat pertama kali muncul di Teluk Korea melalui Westernisasi, tetapi sekarang Korean wave juga menjadi tren yang jelas di beberapa negara. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan budaya pop Korea untuk masuk ke pasar global dan bersaing dengan budaya Barat. Korean wave tidak hanya melanda   negara-negara   Asia seperti   Jepang, Indonesia, China, Thailand, India, Filipina, tetapi juga  negara-negara  Barat  seperti Amerika  dan negara-negara  Eropa,  bahkan  negara-negara  di Afrika dan Timur Tengah. Kondisi ini membuktikan bahwa Korean wave merupakan saingan paling kuat dari Westernisasi saat ini. Westernisasi`  sudah  terlihat jelas saat  ini. Dimana   model   kehidupan   manusia   semakin melayang   ke arah   model   modernis   dengan penekanan pada sistem budaya Barat (Westernisasi),  yang  dipandang sebagai  budaya modern atau sebagai alternatif dari budaya saat ini. 

(RP2) Perubahan Gaya Hidup

Gaya hidup remaja sepertinya menjadi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka harus memaksa diri secara finansial dan mengabaikan nilai dan norma masyarakat (Rahim et al., 2018). Gaya hidup seharusnya dapat disesuaikan dengan semua situasi, tetapi kebanyakan remaja melakukannya (Akhiruddin, A. 2017). Para remaja saat ini sangat mudah dipengaruhi oleh tren dan hal-hal yang sedang berubah. Gaya hidup setiap orang menunjukkan nilai moral dan cara hidup mereka di masyarakat. Sebagian besar remaja modern menyalahgunakan gaya hidup mereka, terutama mereka yang tinggal di kota-kota metropolitan, dan  bukan  hanya  remaja-remaja  di kota metropolitan  saja  yang  mengikuti  trend  mode  di  jaman  sekarang  bahkan  di pedesaan pun banyak  remaja-remaja  yang  mengikuti  trend  mode  melalui  apa  yang  mereka  lihat  di media yang sedang berkembang saat ini, (Yudi Adhitya Dwitama Kabalmay, 2014)Sebagai salah satu generasi penerus bangsa yang sedang berkembang menuju masa dewasa, remaja saat ini mengalami perubahan yang signifikan dalam pergaulan mereka, terutama dalam hal gaya hidup mereka yang cenderung mengikuti budaya masyarakat modern atau masyarakat global (Iskandar, A. M., 2020). Perubahan gaya hidup atau gaya hidup adalah salah satu perubahan yang paling terlihat dalam kehidupan masyarakat, terutama di kalangan remaja karena mereka adalah kelompok yang paling cepat merespon terhadap perubahan. Hal ini dapat dilihat dari gaya berpakaian remaja Desa Goreng Meni yang mengikuti budaya Barat.

(RP3) Pentingnya Edukasi

Orang tua adalah guru pertama dan utama dalam mendidik anak di rumah agar terbentuk sebuah karakter, sehingga peran mereka sangat penting dalam membina dan mendidik anak. Ancaman hilangnya karakter semakin nyata di zaman modern. Globalisasi menghancurkan nilai-nilai karakter yang luhur, terutama kesalahpahaman tentang arti kebebasan sebagai demokrasi dan kurangnya filosofi teknologi. Teknologi modern adalah pisau bermata dua: di satu sisi membuat hidup lebih mudah, tetapi di sisi lain dapat berbahaya jika disalahgunakan. Di era modern yang serba canggih ini, globalisasi telah memiliki efek baik dan buruk pada dunia pendidikan saat ini, yang memerlukan perbaikan. Pendidikan membantu anak memaksimalkan potensi mereka. Ini berarti mereka akan menjadi orang yang kritis, rasional, dan kreatif dalam menangani dan menyelesaikan masalah. Pengembangan pendidikan tidak hanya berkaitan dengan kecerdasan intelektual; itu juga berfokus pada pembentukan sistem keyakinan dan karakter setiap siswa sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi mereka dan menemukan jati diri mereka. Globalisasi memiliki efek positif terhadap perubahan nilai dan sikap masyarakat karena mengubah nilai-nilai masyarakat yang irasional menjadi rasional. Sebaliknya, globalisasi memiliki efek negatif terhadap masyarakat karena membuat mereka merasa mudah dengan teknologi modern, membuat mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya.

Pendidikan di era globalisasi saat ini memiliki tujuan dan tujuan yang jelas untuk membangun dan membentuk karakter siswa. Kedisiplinan adalah nilai yang berfungsi untuk membangun karakter siswa. Kedisiplinan siswa sangat penting agar mereka dapat membantu proses belajar mengajar. Hakikat disiplin adalah keadaan yang benar-benar terjadi yang didukung oleh kesadaran untuk melakukan tugas dan berperilaku sesuai dengan aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di lingkungan tertentu. Realisasinya harus terlihat dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yang berarti bahwa mereka bertindak sesuai dengan tata kelakuan atau aturan yang semestinya. Kedisiplinan menjadi strategi yang efektif untuk membangun karakter.

(RP4) Pemanfaatan Teknologi

Dunia modern menawarkan baik kesempatan maupun hambatan baru untuk melestarikan budaya lokal. Di era digital, teknologi informasi dan komunikasi menawarkan peluang besar untuk melestarikan budaya lokal. Di sisi lain, budaya lokal dihadapkan pada ancaman globalisasi dan westernisasi yang dapat menghancurkan nilai-nilai luhur bangsa. Namun, informasi dan pengetahuan tentang budaya lokal dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas. Untuk menyebarkan informasi tentang budaya lokal kepada masyarakat umum, berbagai situs web dan media sosial dapat digunakan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya lokal.

Contohnya, platform media sosial seperti Instagram dan TikTok dapat digunakan untuk mempromosikan nilai-nilai budaya lokal, seperti tarian tradisional, musik lokal, dan makanan lokal yang unik. Sumber daya online seperti YouTube dapat digunakan untuk mengunggah video pendidikan tentang budaya lokal, seperti sejarah, adat istiadat, dan bahasa lokal. Situs web budaya juga dapat menyediakan informasi tentang budaya lokal, seperti filosofi, sejarah, dan nilai-nilai. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk membuat berbagai aplikasi dan konten yang terkait dengan budaya lokal. Contohnya adalah aplikasi yang mengajarkan bahasa daerah, game yang mengajarkan tentang budaya lokal, dan komik online yang menceritakan kisah rakyat. Konten inovatif ini dapat membantu generasi muda memahami dan menghargai budaya lokal.

Untuk melestarikan budaya lokal, pemanfaatan teknologi harus dilakukan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Konten yang dibuat harus benar dan informatif, dan tidak boleh mengandung unsur sara atau konten yang menyinggung orang lain. Untuk membuat masyarakat lokal merasa dihargai dan terlibat dalam pelestarian budaya lokal, sangat penting untuk melibatkan mereka selama proses pembuatan konten. Dengan bijak memanfaatkan teknologi, kita dapat membantu melestarikan budaya lokal di era digital dan memastikan bahwa budaya lokal tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi.

(RP5) Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas dan inovasi menjadi kunci penting dalam melestarikan budaya lokal di era digital. Kita tidak dapat lagi mengandalkan metode tradisional untuk mempertahankan budaya. Kami harus menyesuaikan diri dengan era modern dan memanfaatkan teknologi untuk menjangkau lebih banyak orang. Menggunakan media sosial adalah salah satu contoh inovasi dan kreativitas dalam melestarikan budaya lokal; kita bisa membuat konten yang menarik dan informatif tentang budaya lokal di Instagram, TikTok, dan YouTube. Konten dapat berupa artikel, video, atau foto yang membahas sejarah, tradisi, dan prinsip budaya lokal.

Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan platform online lainnya, seperti blog dan website, untuk menyebarkan informasi tentang budaya lokal. Blog dan website dapat menjadi wadah untuk menampilkan kekayaan budaya lokal kepada dunia. Kita dapat menulis tentang berbagai aspek budaya lokal, seperti seni, musik, tari, dan kuliner. Kegiatan budaya juga dapat melibatkan kreativitas dan inovasi. Kita dapat mengubah budaya tradisi dan upacara agar lebih menarik bagi generasi muda. Menggabungkan tradisi dengan budaya modern atau mengemasnya dalam bentuk yang modern adalah contohnya. Kita juga bisa mengambil inspirasi dari budaya lokal untuk membuat seni dan budaya baru. Misalnya, kita bisa membuat musik kontemporer dengan alat musik tradisional atau membuat tarian modern yang terinspirasi dari gerakan tari tradisional. Kita dapat membuat budaya lokal lebih menarik dan relevan dengan zaman dengan menjadi kreatif dan inovatif. Ini dapat membantu melestarikan budaya lokal dan mencegahnya punah.

(RP6) Partisipasi dalam Kegiatan Budaya

Partisipasi dalam kegiatan budaya menjadi penting untuk melestarikan budaya lokal di era modern. Generasi muda yang terpapar budaya dan teknologi luar negeri harus terlibat secara aktif dalam kegiatan budaya agar mereka dapat mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Partisipasi dalam kegiatan budaya menjadi penting untuk melestarikan budaya lokal di era modern. Generasi muda yang terpapar budaya dan teknologi luar negeri harus terlibat secara aktif dalam kegiatan budaya agar mereka dapat mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi generasi muda dalam kegiatan budaya. Media sosial dapat digunakan untuk mempromosikan kegiatan budaya kepada khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda. Mereka juga dapat digunakan untuk menghasilkan konten kreatif tentang budaya, seperti foto, video, dan infografis.

Kita juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan budaya secara langsung dengan mengikuti festival seni budaya, pertunjukan tradisional, dan workshop budaya. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan budaya, generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang terkandung dalam budaya mereka. Mereka juga dapat memperkuat rasa cinta tanah air dan kebangsaan mereka. Pemerintah dan lembaga terkait juga perlu berperan aktif dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan budaya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan budaya yang menarik dan kreatif, serta dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan budaya. Melestarikan budaya lokal di era digital membutuhkan komitmen dan usaha dari semua pihak. Dengan partisipasi aktif masyarakat, khususnya generasi muda, budaya lokal dapat terus dilestarikan dan berkembang di tengah arus globalisasi.

(RP7) Memahami Kearifan Lokal

 Generasi muda yang terpapar budaya dan teknologi luar negeri harus terlibat secara aktif dalam kegiatan budaya agar mereka dapat mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Mempelajari dan memahami kearifan lokal sangat penting untuk melestarikan budaya lokal di era digital yang penuh dengan perubahan dan disrupsi. Kearifan lokal, bersama dengan nilai-nilai luhur dan kearifan masyarakatnya, adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Kita dapat memahami makna dan nilai-nilai kearifan lokal dengan mempelajarinya dan memahaminya. Hal ini mendorong kita untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal dan menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadapnya.

Ada banyak cara untuk mempelajari dan memahami kearifan lokal. Kita dapat membaca buku, mengikuti kuliah dan workshop, atau terlibat langsung dalam kegiatan budaya yang dilakukan oleh orang-orang di komunitas kita. Selain itu, teknologi digital dapat menjadi cara yang bagus untuk belajar dan memahami kearifan lokal. Mempelajari berbagai aspek budaya lokal, termasuk sejarah, tradisi, adat istiadat, dan seni budaya, sangat mudah melalui berbagai platform online, media sosial, dan situs web budaya.

Di era digital, kita dapat menjadi agen pelestarian budaya lokal dengan mempelajari dan memahami kearifan lokal. Kita dapat membagikan pengetahuan dan pemahaman kita kepada orang lain, terutama generasi muda, dengan menggunakan berbagai media dan platform digital. Tidak hanya pemerintah yang bertanggung jawab untuk melestarikan budaya lokal, tetapi juga seluruh masyarakat. Dengan partisipasi aktif semua orang, terutama generasi muda, budaya lokal Indonesia dapat terus dilestarikan dan berkembang di dunia modern.

Daftar Pustaka

Aisyah, S., & Afandi, N. K. (2021). Pengembangan Pendidikan Karakter Perspektif Barat dan Islam. EDUCASIA: Jurnal Pendidikan, Pengajaran, dan Pembelajaran, 6(2), 145–156. https://doi.org/10.21462/educasia.v6i2.69

Febriani, R. (t.t.). PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP TAHUN 202.

Laoli, G., & Sobon, R. (2022). TINJAUAN TEOLOGIS TENTANG GAYA HIDUP ORANG KRISTEN YANG TELAH LAHIR BARU BERDASARKAN SURAT KOLOSE 3:1-17 DAN IMPLIKASINYA PADA JEMAAT GPIA KASIH SURGAWI JEMBER. Alucio  Dei, 6(1), 60–72. https://doi.org/10.55962/aluciodei.v6i1.57

Mustanir, A., & Razak, M. R. R. (2017). Nilai Sosial Budaya Pada Partisipasi Masyarakat Etnik Towani Tolotang Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan.

Purwanti, J., Rizky, F., & Handriyanto, W. (t.t.). Managing Learning Style Across Generation in Workplace.

Rilmi Eptiana, Arfenti Amir, Akhiruddin, & Sriwahyuni. (2021). Pola Perilaku Sosial Masyarakat Dalam Mempertahankan Budaya Lokal (Studi Kasus Pembuatan Rumah di Desa Minanga Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa). EDULEC : EDUCATION, LANGUAGE AND CULTURE JOURNAL, 1(1), 20–27. https://doi.org/10.56314/edulec.v1i1.3

Suroso, S., Riyanto, R., Novitasari, D., Sasono, I., & Asbari, M. (2021). Esensi Modal Psikologis Dosen: Rahasia Kreativitas dan Inovasi di Era Education 4.0. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 5(1), 437–450. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v5i1.1240

Wicaksono, M. A., Patricia W, A., & Maryana, D. (2021). Pengaruh Fenomena Tren Korean Wave Dalam Perkembangan Fashion Style Di Indonesia. Jurnal Sosial-Politika, 2(2), 74–85. https://doi.org/10.54144/jsp.v2i2.35

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *