MEMAHAMI LEBIH DALAM MENGENAI BULLYING ?

Reni Dwi Rahayu, reni.dwi.2301216@students.um.ac.id 

Abstrak Bullying, atau perundungan, merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan merajalela. Bullying secara mendalam, mulai dari dinamika sosial yang melatarbelakanginya, dampak psikologis yang ditimbulkan pada korban, hingga langkah-langkah penanggulangan yang efektif. Penelitian ini menelaah bagaimana penjelasan mengenai bullying agar ketidakseimbangan tekanan untuk menyesuaikan diri, dan budaya permisif terhadap kekerasan berkontribusi terhadap perilaku bullying. Selanjutnya, Makalah ini menganalisis sasaran bullying yang sering terjadi. Dan juga dampak serius bullying terhadap kesehatan mental korban, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan keinginan bunuh diri. Makalah ini menjelaskan mengenai bullying yang ada di era digital. Makalah ini meliputi tantangan memerangi bullyng dan juga mengenai dinamika sosial bullyng itu sendiri. Dengan memahami akar permasalahan bullying dan menerapkan solusi yang tepat, kita dapat menciptakan ruang yang aman dan bebas dari perundungan.

Catatan
Warna ⇒ menjelaskan tema utama

Warna ⇒ menjelaskan kondisi yang sekarang

Warna ⇒ menjelaskan ringkasan tulisan yang kita buat

(RP1) Bullying

Bullying didefinisikan sebagai tindakan agresif berulang-ulang yang dilakukan  oleh  individu atau sekelompok orang terhadap orang-orang yang rentan secara fisik, emosional, atau sosial. Bullying adalah masalah serius yang dapat memiliki dampak negatif yang besar bagi korbannya. Perilaku ini dimaksudkan untuk menyakiti, mengintimidasi, atau mempermalukan korban dan dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk di sekolah, di tempat kerja, di lingkungan online, dan di masyarakat pada umumnya. 

Dalam bullying, terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban, dan seringkali pelaku menggunakan kekuasaan atau superioritasnya untuk menyakiti atau mengendalikan korban. Bentuk bullying ada banyak macamnya, mulai dari verbal seperti mengolok-olok dan menghina bentuk fisik seperti memukul dan mendorong, jika di sosial seperti penolakan dan pengucilan hingga cyberbullying seperti rumor negatif dan ancaman melalui media sosial  misalnya menyebarkan berita di sosial media. Dampak bullying ini dapat sangat merugikan korbannya, termasuk gangguan psikologis, rendahnya harga diri, isolasi sosial, dan bahkan  depresi serta pikiran untuk bunuh diri.

(RP2) Pentingnya Mengenal Bullyng 

Penting untuk mewaspadai bullying karena dampaknya serius terhadap individu dan masyarakat secara keseluruhan. Memahami bullying dapat membantu  mencegah dan menangani perilaku ini baik dari seorang korban atau saksi, mengenali tanda-tanda bullying memungkinkan individu mengambil tindakan segera  untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain yang mungkin menjadi korban. Mengetahui tentang bullying juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif. Dengan mengedepankan nilai-nilai seperti empati, menghargai keberagaman, dan menghormati hak asasi manusia, Anda dapat menciptakan budaya dimana perilaku bullying tidak dapat ditoleransi. Kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai bullying merupakan langkah penting dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan mengurangi dampak negatif dari perilaku penindasan.

(RP3) Sasaran Bullyng

Sasaran bullying adalah individu atau kelompok yang menjadi korban tindakan bullying. Bullying dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang sosial ekonomi. Tidak ada individu yang kebal terhadap risiko menjadi korban bullying. Beberapa kelompok berisiko menjadi korban bullying yaitu Anak-anak dan remaja dapat menjadi korban bullying di sekolah, tempat kerja, atau lingkungan teman sebaya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti perbedaan fisik, sosial, dan emosional. Bullying bisa juga  terjadi antara orang dewasa di tempat kerja, komunitas, dan bahkan  hubungan pribadi. Bullying di tempat kerja mencakup ancaman, gangguan, dan pelecehan verbal. Individu yang termasuk dalam kelompok minoritas etnis, budaya, agama, atau seksual mungkin lebih mungkin menjadi korban bullying. Diskriminasi dan prasangka seringkali menjadi penyebab utama bullying terhadap kelompok minoritas. Orang dengan disabilitas fisik atau masalah kesehatan tertentu juga dapat menjadi korban bullying karena mereka dianggap lemah atau rentan untuk melawan.

(RP4) Bullyng di Era Digital

Era digital membawa kemudahan dalam terhubung, namun sayangnya, turut menghadirkan bentuk baru dari bullying. Berbeda dengan perundungan fisik, cyberbullying terjadi di ranah daring, memanfaatkan berbagai platform digital seperti media sosial, pesan singkat, atau game online. Pelaku dapat dengan mudah menyebarkan rumor, hinaan, ancaman, bahkan foto atau video memalukan korban secara anonim. Jejak perundungan ini pun tak lekang oleh waktu. Konten negatif yang disebarkan secara online dapat dengan mudah dibagikan dan dilihat oleh banyak orang, membuat para korban terus menerus terluka. Dampak cyberbullying tak kalah parah dibanding bullying tradisional. Korban bisa mengalami depresi, kecemasan, dan perasaan terisolasi, bahkan berujung pada tindakan membahayakan diri sendiri.

Menghadapi cyberbullying membutuhkan literasi digital yang baik. Kita perlu berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi dan bijak dalam berinteraksi di dunia maya. Orang tua dan pihak berwenang juga perlu berperan aktif dalam mengawasi aktivitas online anak dan remaja, serta memberikan edukasi mengenai bahaya cyberbullying.

(RP5) Bullyng terhadap Kesehatan Mental

Bullying bukanlah kenakalan masa kecil yang bisa dianggap enteng. Tindakan ini meninggalkan bekas luka yang dalam, tak hanya secara fisik, namun juga mental. Para korban bullying rentan mengalami berbagai gangguan kesehatan mental, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak awal yang sering terlihat adalah menurunnya rasa percaya diri dan harga diri. Pengalaman diintimidasi dan direndahkan secara terus-menerus dapat membuat korban merasa tidak berharga dan tidak mampu. Kecemasan dan depresi pun kerap menyertai, ditandai dengan perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat terhadap aktivitas yang disukai, hingga gangguan tidur dan nafsu makan. Dalam kasus yang parah, bullying bahkan dapat memicu keinginan untuk bunuh diri. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda pada korban bullying dan memberikan dukungan agar mereka bisa pulih.

(RP6) Tantangan Memerangi Bullyng

Memerangi bullying bukanlah perkara mudah, salah satu tantangan terbesar adalah kesulitan mengidentifikasi kasus yang terjadi. Korban bullying seringkali bungkam karena takut atau malu. Di era digital, cyberbullying kian marak, jejak perundungannya pun sulit dihapus. Anonimitas di dunia maya membuat pelaku berani bertindak seenaknya. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap dampak serius bullying juga menjadi penghalang. Kurangnya ketegasan dari pihak sekolah dan lingkungan sekitar pun kerap membuat pelaku leluasa melakukan aksinya. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Sekolah perlu memiliki sistem pencegahan dan penanganan yang tegas. Orang tua harus lebih peka terhadap kondisi anak. Yang tak kalah penting, membangun lingkungan yang saling menghormati dan berani bersuara menjadi langkah krusial untuk menciptakan ruang belajar dan bermain yang aman bagi semua.

(RP7)  Dinamika Sosial Terhadap Bullyng

Bullying bukanlah sekadar tindakan individu, melainkan cerminan kompleksitas dinamika sosial. Hubungan kekuasaan yang tidak seimbang menjadi faktor utama. Pelaku bullying mencari dominasi dengan mengincar mereka yang dianggap lebih lemah. Para penonton turut berperan. Takut dikucilkan membuat mereka memilih diam, meski tidak setuju. Hal ini memperkuat pelaku dan membuat korban semakin terisolasi. Lingkungan yang permisif terhadap kekerasan juga turut andil. Norma sosial yang menganggap bullying sebagai “candaan” atau “cara berteman” membiarkan perilaku ini terus terjadi. Memahami dinamika sosial ini krusial. Kita perlu membangun lingkungan yang berani menentang ketidakadilan, mendukung korban, dan memutus rantai kekuasaan yang timpang dalam pergaulan.

Daftar Pustaka

Darmayanti, K. K. H., Kurniawati, F., & Situmorang, D. D. B. (2019). Bullying di sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. Pedagogia, 17(1)

Aulia, L. R., Kholisoh, N., Rahma, V. Z., Rostika, D., & Sudarmansyah, R. (2024). Pentingnya Pendidikan Empati Untuk Mengurangi Kasus Bullying Di Sekolah Dasar. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya, 2(1)

Kamila, Y. N., Laksono, B. A., & Karwati, L. (2022). Peningkatan kepekaan pada korban Bullying di lingkungan pendidikan. Jurnal Pendidikan Modern, 7(3)

Ertinawati, Y., Nurjamilah, A. S., & Rachman, I. F. (2023). INOVASI PENANGANAN BULLYING DI SEKOLAH BERBASIS APLIKASI DIGITAL DI ERA SOCIETY 5.0. PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT), 1(04), 693-701.

Wahani, E. T., Isroini, S. P., & Setyawan, A. (2022). Pengaruh Bullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja. EduCurio: Education Curiosity, 1(1), 198-203.

Rusmiati, D. (2019). MAKALAH PENOMENA PRILAKU BULLYING ANAK SEKOLAH. INA-Rxiv. October, 25.

Masitoh, I., Nurjamaludin, N., Ramdani, I., Nurjamiludin, I., & Anjar, G. (2024). PSIKOLOGI SOSIAL DALAM PENDIDIKAN PERILAKU BULLYING ANTAR SISWA DAN INTERAKSI SOSIAL DINAMIKA SOSIAL. Sindoro: Cendikia Pendidikan, 2(12), 51-60.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *