Yusnia Indah Zainurrohmah, yusnia.indah.2301216@students.um.ac.id
Abstrak : Potensi perempuan sudah sejak lama terkekang oleh adanya stereotip lama. Masyarakat selalu menganggap bahwa perempuan tidak memiliki kapabilitas untuk berdiri sejajar dengan laki-laki. Meskipun perempuan memperoleh hasil yang sama dengan laki-laki, ia akan tetap dianggap sebagai nomor dua. Masyarakat tidak memiliki keinginan untuk mengakui bahwa perempuan dapat memiliki prestasi seperti laki-laki. Dalam fenomena seperti ini penting untuk memberikan masyarakat pemahaman mengenai kesetaraan gender, agar persaingan antara laki-laki dan perempuan ini tidak dipandang sebagai perbuatan perempuan ingin memiliki derajat yang lebih tinggi dari laki-laki. Masyarakat harus paham bahwa kesetaraan gender adalah menghargai perbedaan dan hak setiap manusia.
(RP1) Menuju Dunia yang Lebih Adil dan Inklusif
Di tengah dunia yang masih diwarnai oleh prasangka dan ketidakadilan gender, perempuan bangkit dengan berani untuk menantang standar lama dan membangun masa depan yang lebih adil dan inklusif. Perjuangan mereka tidak kenal lelah, penuh dengan tantangan dan pengorbanan, tetapi tekad mereka untuk mencapai kesetaraan tidak pernah padam. Perempuan zaman sekarang memiliki semangat emansipasi yang kuat. Mereka tidak lagi terbelenggu oleh stereotip yang menghalangi mereka untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Mereka melangkah maju, mendobrak batasan tradisional, dan mengukir prestasi di berbagai bidang dengan keyakinan dan keberanian.
(RP2) Membongkar Stereotip yang Mengikat
Perempuan telah terbelenggu oleh stereotip yang membatasi peran dan potensi mereka sejak awal peradaban. Anggapan bahwa perempuan hanya cocok di dapur dan rumah tangga, bahwa mereka lemah secara fisik dan mental, dan bahwa mereka tidak mampu memimpin, terus digembar-gemborkan, dan menghambat kemajuan mereka di banyak bidang. Stereotip ini membuat perempuan tunduk pada norma sosial yang patriarkis dan mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis.
Stereotip ini berdampak pada kehidupan perempuan lebih dari sekadar anggapan. Perempuan yang mencoba melampaui batas-batas stereotip ini seringkali mengalami diskriminasi, pelecehan, dan bahkan kekerasan. Mereka meragukan kemampuan dan potensinya, dan menghalanginya dari mencapai mimpi-mimpinya.
(RP3) Menembus Batas dan Menggapai Mimpi
Perempuan sekarang tidak lagi terdiam dan terbelenggu oleh stereotip yang telah membatasi mereka. Mereka sekarang bangkit dengan berani, menyuarakan pendapatnya, menunjukkan kemampuan mereka, dan melampaui batas-batas yang selama ini menghalangi mereka. Perempuan terus berprestasi di banyak bidang, seperti politik, sains, teknologi, seni, dan budaya, menunjukkan bahwa mereka mampu mencapai apa pun yang mereka impikan.
Perempuan sekarang tidak lagi terbatas pada peran konvensional sebagai ibu rumah tangga; mereka sekarang memimpin negara, berpartisipasi dalam dunia politik, dan memperjuangkan hak-hak mereka. Perempuan terus melakukan inovasi dan penemuan baru di bidang sains dan teknologi, berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perempuan menginspirasi dan menghibur banyak orang dengan menyampaikan ekspresi dan kreativitas mereka dalam dunia seni dan budaya.
(RP4) Peran Penting Pendidikan dan Kesadaran
Dua pilar utama dalam membangun masyarakat yang adil dan setara adalah pendidikan dan kesadaran gender. Dengan memberikan akses ke pendidikan bagi perempuan dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender, kita dapat memberdayakan perempuan dan membebaskan mereka dari stereotip yang membelenggu mereka.
Pendidikan merupakan kunci untuk membuka peluang bagi perempuan untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. Ketika perempuan menerima pendidikan yang setara dengan laki-laki, mereka dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkontribusi dalam berbagai bidang. Pendidikan juga dapat membantu perempuan membangun kepercayaan diri dan memperkuat identitas diri mereka.
Kesadaran gender adalah pemahaman tentang peran dan tanggung jawab yang setara antara laki-laki dan perempuan. Dengan meningkatkan kesadaran gender, kita dapat menantang stereotip dan norma sosial yang patriarkis yang merugikan perempuan. Kesadaran gender juga dapat membantu membangun lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi perempuan.
(RP5) Menjalin Solidaritas dan Kolaborasi
Perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender adalah perjuangan kolektif yang membutuhkan kolaborasi dan solidaritas antar perempuan, serta dukungan dari laki-laki dan pihak lain. Hak kesetaraan gender bukan hanya hak perempuan tetapi juga hak semua orang, dan upaya bersama diperlukan untuk mencapainya. Persatuan dan kerja sama antar perempuan sangat penting untuk memperkuat suara mereka dan mencapai tujuan bersama. Wanita dari berbagai suku, agama, profesi, dan latar belakang harus bersatu dan saling mendukung dalam perjuangan mereka. Mereka dapat melakukan perubahan dengan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan sumber daya.
Dukungan dari pria dan pihak lain juga sangat penting. Laki-laki harus memahami dan mendukung perempuan dalam perjuangan mereka untuk kesetaraan gender. Mereka dapat menantang stereotip gender, mendukung kesetaraan di tempat kerja dan di rumah, dan menjadi sekutu yang kuat bagi perempuan. Media massa, lembaga masyarakat sipil, dan pemerintah juga bertanggung jawab untuk mendorong kesetaraan gender. Pemerintah harus membuat kebijakan yang mendukung perempuan, seperti undang-undang anti diskriminasi, kebijakan yang memfasilitasi akses perempuan ke pendidikan dan pelayanan kesehatan, organisasi masyarakat sipil dapat memberikan pelatihan dan edukasi tentang gender, dan media massa dapat membantu meningkatkan kesadaran gender dan menggambarkan perempuan dengan cara yang positif.
(RP6) Membangun Sistem yang Mendukung
Dalam upaya untuk menciptakan dunia yang inklusif dan bebas dari diskriminasi, perubahan sistem yang mendukung kesetaraan gender harus diabaikan. Untuk mencapai kesetaraan yang benar, selain perjuangan kolektif dan edukasi, diperlukan perubahan struktural melalui kebijakan publik yang adil, tempat kerja yang ramah perempuan, dan representasi perempuan yang seimbang di berbagai sektor. Kebutuhan dan aspirasi perempuan harus dipertimbangkan saat membuat kebijakan publik yang adil. Ini termasuk kebijakan yang membantu perempuan mendapatkan akses yang lebih baik ke pendidikan dan kesehatan, anti diskriminasi di tempat kerja dan di ruang publik, dan mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Selain itu, lingkungan kerja yang ramah perempuan sangat penting untuk memastikan bahwa perempuan dapat bekerja dan mencapai potensi terbaik mereka. Ini termasuk kebijakan cuti hamil dan melahirkan yang fleksibel, ketersediaan fasilitas penitipan anak, dan budaya kerja yang menghargai dan menghormati perempuan.
(RP7) Menghargai Perbedaan dan Merayakan Keberagaman
Kesetaraan gender tidak berarti menyamakan perempuan dengan laki-laki. Sebaliknya, kesetaraan gender mengacu pada penghargaan perbedaan dan keberagaman yang lebih luas. Setiap orang, tidak peduli jenis kelaminnya, berhak atas kesempatan yang sama untuk memaksimalkan potensinya dan berkontribusi pada kemajuan negara dan seluruh dunia. Kesetaraan gender tidak berkaitan dengan siapa yang lebih atau kurang penting. Sebaliknya, itu berkaitan dengan membuat setiap orang merasa dihargai, dihormati, dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Ini berarti menghapus stereotip dan norma sosial yang menghalangi perempuan untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan lakukan, serta membuka kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi di berbagai bidang.
Daftar Pustaka
Fitriyasni, M. S. (2018). PENDIDIKAN BERBASIS ADIL GENDER (Solusi dan Pemecahannya). FITRA, 2(2), Article 2. https://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/31
Kesetaraan, M., Oleh, , Armiyati, L., Perempuan, , & Barat, G. (2015). PEREMPUAN BERJUANG, BUKAN MENANTANG: STUDI GERAKAN PEREMPUAN INDONESIA.
Kusnadi, K., & Wulandari, N. A. T. (2024). Pendidikan Damai: Memperkuat Pemahaman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Sosial. Jurnal Basicedu, 8(1), Article 1. https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i1.7126
Manuk, A. G. (2023). PERJUANGAN KAUM FEMINIS MELAWAN BUDAYA PATRIARKA DI INDONESIA. JISOS: JURNAL ILMU SOSIAL, 2(2), Article 2.
Nurcahyo, A. (2016). Relevansi Budaya Patriarki Dengan Partisipasi Politik Dan Keterwakilan Perempuan Di Parlemen. AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA, 6(01), Article 01. https://doi.org/10.25273/ajsp.v6i01.878
Urgensi Kurikulum Gender dalam Pendidikan | INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan. (2018). https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/insania/article/view/313
Yanti, M. F., Azwar, A. J., & Hidayat, R. (2021). Kepemimpinan Perempuan Perspektif Nurcholis Madjid. EL-FIKR: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 2(1), Article 1.